Spesial Chapter : Perkara Si Kembar

170 17 0
                                    

Dipta menopang dagunya di meja dan menatap Hita penuh tanya. Sejak tadi sang istri hanya terlihat murung. Saat ia ajak bicara saja, Hita hanya menjawab seperlunya.

"Sayang, kamu kenapa sih?" tanya Dipta sembari mengecup tangan Hita.

"Gapapa," jawabnya. Lalu Hita hanya diam.

"Coba sini cerita sayang. Kamu ada apa? Ada masalah di kantor? Atau kamu mau sesuatu?" tanya Dipta yang dibalas gelengan kepala oleh Hita.

Dipta berpikir keras tentang hal yang sedang memengaruhi kepala Hita. Ia harus segera mencari tau penyebabnya jika masih ingin bermesraan dengan istrinya nanti malam.

"Kamu kok gak bilang kalau Aji punya pacar sih? Aku liat lho chatan kalian. Disana Aji minta saran kado buat pacarnya sama kamu,"

Ohhh jadi ini alasan kenapa Hita murung,

"Bukannya kita udah sepakat ya kalau Aa' sama adek boleh pacaran tahun ini, kamu lupa ya?"

"Ihhhh kan kita sepakatnya kalau umur Aji sama Ajeng udah 17 tahun,"

Dipta menghela nafasnya. "1 bulan lagi mereka udah 17 tahun. Biarin aja napa sih Aa' Aji punya pacar. Lagian kamu umur 18 tahun udah dilamar sama Si Husain jelek itu, " cibir Dipta tak santai.

"Tapi, itu kasusnya beda taukk. Eh, kok kamu masih sengit aja sama Husain sih. Tenang aja dia gak mungkin ngerebut aku dari kamu karena aku cuman cinta sama kamu dari dulu sampai kapan pun juga,"

Dipta yang merasa terharu langsung memeluk Hita yang duduk di sampingnya. Ia juga mencuri kecupan di bibir dan pipi Hita.

"Papa!!! Mama!!!! Aa' gak mau punya adek lagi. Cukup Ajeng yang jadi adeknya Aa'. Gak ada yang lain lagi, " jerit Aji dengan deep voice-nya yang membuat sepasang suami istri itu kaget.

Aji dan Ajeng langsung memisahkan kedua orang tuanya. Bahkan Aji menyeret kursi sang ayah menjauh dari kursi sang ibu. Bisa dibilang Aji memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dari pada Dipta yang kadang dibuat candaan oleh Yahya jika Aji dan Ajeng bukan anaknya. Tapi, siapapun yang melihat Aji dan Ajeng pasti langsung mengatakan bahwa mereka pasti anak dari Dipta.

"Aa' jangan teriak-teriak gitu. Nanti sakit tenggorokanmu,"

"Baik mamaku yang cantik," jawab Aji sambil mengecup pipi sang ibu.

"Ngapain itu nyium-nyium pipi istrinya papa, " ucap Dipta tak terima.

"Sayang jangan mulai please," peringat Hita sambil melirik Dipta. "Anak ganteng sama anak cantiknya mama mau kemana? Kok udah wangi dan rapi gini,"

"Kita kan jadi panitia festival di sekolah ma. Makanya jam 5 udah rapi gini. Kita pamit dulu ya," jawab Ajeng sambil berpamitan.

"Kita pulangnya jam 5 kok. Jadi gak usah khawatir. Oh ya, kita berdua gak bisa ikut sarapan soalnya jam setengah 6 ada briefing gitu. Nanti kita sarapan sama panitia  lainnya kok," lanjut Aji.

Lalu keduanya pergi tanpa sarapan. Terlihat hanya Ajeng yang mengambil kunci motornya. Sudah menjadi kebiasaaan si kembar jika mereka akan berboncengan jika ke sekolah.

"Yahhhh aku kan jadi belum sempat tanya masalah pacarnya si Aa'. Kamu sih gak ingetin aku,"

"Udahlah. Sini aku kasih tau tentang pacarnya  Aa'." ucap Dipta sembari mendekat pada Hita.

"Kamu diem-diem cari tau tentang pacarnya Aa' pake orang-orangmu kan? Padahal katanya terserah anaknya udah pacaran  malah kayak gini," ejek Hita.

Dipta hanya cengegesan dan mulai membuka ponselnya dan menunjukkan sebuah foto Aji bersama seorang gadis yang tengah digendongnya.

"Namanya, Apriliantina dan biasa dipanggil April. Dia lahir 6 bulan setelah kelahiran Aji dan Ajeng. Sekarang ia menjabat sebagai ketua OSIS. Terlahir dari keluarga berada tidak membuatnya lantas bahagia karena ia adalah korban kekerasan dan penganiayaan kedua orang tuanya. Berulang kali para tetangga melaporkan kejadian tersebut, tapi para polisi hanya abai karena kedua orang tua April menutup mulut mereka dengan uang."

"Uang ya?" kekeh Hita. "Hmmm sepertinya aku tau cara membasmi hama seperti mereka. Sejak kapan kau tau ini?"

"2 hari yang lalu bersamaan dengan kau mendapatkan informasi mengenai laki-laki yang mengejar Ajeng," balas Dipta yang membuat Hita kaget.

"Ternyata aku ketauan. All right. Mari kuceritakan mengenai Angkasa. Angkasa Anandito adalah putra dari Husain—"

"Uhuk.. Uhuk.. " batuk Dipta. Ia tak menyangka jika Angkasa adalah putra dari Husain. Ia kira Angkasa hanyalah bawahan biasanya Husain.

"putra dari Husain bersama Sisi, " lanjut Hita.

"Uhuk... Uhuk... " batuk Dipta lagi sambil memukul-mukul dadanya kencang. Plot twist apa ini?

"Bagaimana bisa Husain dengan Sisi? Sisi, istrinya Jericho kan? "

Hita menghela nafas sambil mengelus punggung sang suami. "Benar. Kau ingat kan setelah kalian lulus S1, Sisi dan Jericho putus. Lalu Sisi bekerja di sebuah perusahaan kecil di Malang. Ternyata disana dia bertemu Husain dan mereka tidak sengaja one night stand."

"Lalu, kenapa mereka tidak menikah? Aish sepertinya Husain ingin kubejek-bejek,"

"Mereka berbeda keyakinan dan kau tau kan Sisi bukan anak orang kaya. Orang tua Husain mana mau memiliki menantu selain anak orang kaya. Setelah Angkasa lahir, orang tua Husain dan orang tua Sisi melakukan perjanjian dimana Husain dapat mengambil hak asuh anaknya dan Sisi mendapatkan hidupnya seperti sedia kala,"

Dipta hanya beroh ria karena jujur ia masih tak menyangka ini semua terjadi. "Lalu, apakah Jericho sudah tau?"

"Tidak tau. Ahhh ini membuatku gila rasanya. Kurasa Aji dan Ajeng akan mengalami apa yang kita alami dulu," jawab Hita yang diangguki Dipta.

Sepertinya kisah Aji dan Ajeng akan lebih rumit dari kisahku dan Hita. Semoga merela baik-baik saja, batin Dipta.

"Sebelum itu terjadi, aku ingin meninju wajah Husain dulu. Apakah sayangku ini mau ikut?" ajak Hita begitu saja.

Dipta tersenyum miring. Tentu saja ia akan mengiyakan. Kapan lagi dirinya bisa melihat istrinya memukul sahabat sekaligus mantan calon suaminya dulu?

"Tentu saja. Lalu kita akan mulai meredakan api kekuasaan dari orang tua April. Bukankah nanti hari kita akan menyenangkan?" ajak Dipta sambil mencuri sebuah kecupan lagi di bibir Hita.

The End


Sweet Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang