Bab 23 Pantai

161 24 5
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽










.














.

















Hita turun dari taxi yang membawanya sampai ke villa yang menjadi tempat menginap para teman-temannya. Ia menggeret kopernya dan untungnya ia bertemu dengan Dipta yang sepertinya akan keluar.

"Ta, " sapa Hita ramah pada Dipta yang terlihat kaget melihat dirinya.

"Kok udah sampai? Bukannya masih besok ya? " tanya Dipta sambil mengambil alih koper dari tangan Hita.

"Urusan gue udah selesai. Hmmmm Ta, yang lain kemana? "

Dipta menengok pada Hita dan menjawab, "mereka lagi ke pantai. Lo istirahat dulu aja, "

"Nggak ahhhh, gue mau ke pantai juga" rengek Hita yang tentu saja membuat Dipta gemas sendiri.

"Okay gapapa, tapi gue bantu ngerapiin barang lo ya? "

"Siappp~~"

Mereka berdua memasuki sebuah kamar yang merupakan kamar yang sejak beberapa hari lalu digunakan Sonya dan Sisi. Dipta langsung menuju pojok kamar dan meletakkan koper disana sedangkan Hita melihat-lihat sekitar.

"Villa punya Chandra ya? " tanya Hita.

"Iya bener. Untung deh kita bisa liburan gratis gara-gara dia, " jawab Dipta sambil tertawa.

"Ta, gue sempet mampir ke rumah sakit dan ketemu sama dokter. Katanya Bunda bisa sembuh dalam waktu setengah tahun ini karena perkembangan kesehatan bunda semakin meningkat setelah lo datang ke tempatnya, "

Dipta menyunggingkan senyum tipis saat melihat ekspresi Hita yang terlihat senang sekali dan begitu tulus saat mengatakan hal tadi.

"Bagus deh kalau begitu, "

Jawaban Dipta mampu membuat Hita menghentikan senyumnya. Hita merasa blank. Sungguh, ia tak menyangka Dipta akan menerima bundanya secepat ini. Mungkin jika ia sekarang sedang bermimpi, jangan bangunkan dirinya dari mimpi ini!

"Lo gak lagi kesambet kan Ta? " tanya Dipta saat melihat ekspresi kaku yang tiba-tiba saja dikeluarkan Hita.

"Gak, gue cuman speechless aja liat lo gini. Emang menerima dengan ikhlas adalah proses yang panjang dan melelahkan hati, "

"Lo tau gak kenapa gue berubah pikiran untuk menerima ini semua? "

Hita menggeleng tak tahu. Hal yang sempat terlintas di pikirannya hanyalah bahwa Dipta sudah lelah hidup dalam kebahagiaan yang semu dan ingin kembali merasakan pelukan nyata sang bunda.

Sweet Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang