Bab 10 Bunda

159 27 0
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽






.








Sudah sebulan lamanya setelah kejadian di rumah Dipta. Selama itu pula baik Dipta maupun Hita tak saling bertegur sapa seperti sebelum mereka didapuk sebagai pasangan di festival kemaren. Ngomong-ngomong soal festival kemaren, Dipta dan Hita berhasil mendapat juara 2. Karena hal ini, banyak yang mendukung hubungan keduanya. Bahkan mereka tak segan-segan berbicara dengan lantang bahwa mereka mendukung hubungan keduanya.

"Mengapa ya Dipta dan Hita tak pacaran saja? Padahal aku mendukung mereka,"

Hita mengangkat bukunya sedikit dan melihat siapa yang baru saja berbicara. Ternyata hanya para mahasiswa yang masih terbawa perasaan dengan foto Dipta dan dirinya. Sebenarnya ia sudah bosan mendengar pertanyaan tersebut selama sebulanan ini.

Ia hanya bisa mendengus sebal saat mendengar itu karena ia sama sekali tak pernah memiliki rencana untuk berpacaran apalagi menikah. Kemudian ia kembali menenggelamkan dirinya dalam bacaan sambil menikmati AC di perpustakaan ini.

"Kudengar Dipta itu gay makanya dia tak tertarik dengan Hita, " Kata seseorang lagi yang membuat Hita kesal saat mendengarnya.

Brakkkk!!!!

Sekumpulan pemuda itu langsung mengalihkan pandangannya pada pelaku pembantingan buku tadi. "Kak Hita! " lirih mereka semua sambil menelan ludahnya pelan-pelan. Mereka sama sekali tak menyadari jika ada Hita di perpustakaan ini.

Hita meletakkan buku itu ke pojok meja dan berdiri, tak lupa menggendong tas ranselnya juga. Ia berjalan mendekat pada sekumpulan orang-orang itu. Matanya bahkan dipaksakan sedikit melotot padahal jatuhnya ia terlihat sangat lucu dengan mata yang seolah-olah dipaksa melebar.

"Ini perpustakaan, bukan tempat menyebar gosip sampah. Jangan sampai karena gosip sampah itu otak kalian pindah ke dengkul sehingga kalian gak bisa berpikir secara logis, " kata Hita sambil melihat sekumpulan pemuda itu.

Semua pemuda itu hanya menunduk ketika melihat Hita berdiri di hadapan mereka. Sebenarnya mereka semua takut pada Hita karena Hita itu terkenal menyeramkan jika sedang marah. Bahkan salah satu dari mereka pernah dimarahin habis-habisan saat MOS hanya karena membolos 2 jam.

"Kak Hita maaf. Kami berjanji tak akan membicarakan Kak Dipta aneh-aneh lagi. Suwerrr deh kak, " kata salah satu dari mereka yang langsung diangguki lainnya.

"Jadi nanti kalian juga mau bicarain aku juga? " tanya Hita sambil memandangi mereka satu per satu.

"Enggak kak. Mana berani kita, " jawab mereka semua.

"Ya udah! Makanya berjanji kalau kalian gak bakal ngegosip lagi, " Gertak Hita.

"Kita janji gak akan gosip apa-apa lagi. Peace, cinta damai kak kita. " Jawab mereka lagi.

Benar-benar seperti anak TK saja, batin Hita. Ia memilih mengangguk-anggukkan kepalanya dan pergi dari hadapan mereka semua. Entah kenapa rasanya ia jadi malas disini setelah mendengar gosip para pemuda tadi yang memang benar.

Tanpa ada yang menyadarinya, Dipta memperhatikan itu semua dari meja dekat jendela. Ia sebenarnya bingung kenapa Hita membelanya padahal selama sebulanan ini mereka seperti tak saling mengenal.

.











.








.

Hita berjalan di trotoar. Ia berencana untuk menghabiskan sore ini di kedai mie baru dekat kost. Awalnya ia ingin mengajak Sisi tapi sayangnya sejak siang tadi dia sudah sibuk berkencan dengan Jericho entah kemana.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepannya yang membuat Hita penasaran. Lalu, kaca mobil itu diturunkan dan nampak seorang pria paruh baya.

"Hita ayo ikut Ayah sebentar, " pinta Ayahnya Dipta sambil membukakan pintu dari dalam.

Hita pun masuk ke dalam mobil itu dan menggunakan sabuk pengaman. "Kita mau kemana Yah? " tanya Hita bingung. Tak lupa ia memastikan bahwa ia membawa silet di kantong celananya untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu terjadi di luar kendalinya.

"Kita mau jenguk bundanya Dipta dulu. Kamu mau kan? " tanya Ayah penuh harap.

"Tentu saja. Aku mau Yah. Kalau boleh tau kenapa Dipta tak mau menjenguk bunda? Tapi tak apa-apa kan aku memanggilnya bundanya Dipta dengan sebutan Bunda juga? "

"Tentu saja tak apa. Sebenarnya Dipta sejak kecil suka disiksa oleh bundanya jika Dipta melakukan kesalahan sedikit saja dan bodohnya Ayah tidak tau. Ayah baru tau setelah Dipta pernah masuk UGD sekitar 4 tahun yang lalu, " Jawab Ayah yang membuat Hita hanya bisa terdiam di tempat.

Dari nada suara Ayah, Hita sadar ada rasa penyesalan didalamnya. Hita tak bisa apa-apa selain diam menunggu Ayah mengeluarkan semua uneg-unegnya yang tak kunjung ia keluarkan. Tapi kembali lagi, ia sadar bahwa ia masih orang asing bagi kehidupan keluarga Dipta.

Pandangan Hita beralih pada pemandangan di luar kaca jendela mobil. Perlahan wajah Dipta memasuki otaknya. Jujur saja, ia tak pernah menyangka dibalik sikap dingin Dipta terdapat luka. Bukan hanya luka fisik, melainkan luka di hatinya yang mungkin masih menganga lebar.


.





















.

Kini Hita memperhatikan Ayah sedang duduk berdua dengan seorang wanita paruh baya di kursi taman ini. Ia juga memperhatikan banyak pasien yang sedang dikunjungi keluarganya. Ia hanya bisa tersenyum disini karena bingung harus melakukan apalagi.

"Bun lihat siapa yang Ayah bawa hari ini. Kenalan ya? " bujuk Ayah pada wanita itu yang hanya menatap kosong ke depan.

Hita pun memilih berjongkok di depan Bunda dan mengulurkan tangannya ke depan wanita itu yang sama sekali tak direspon. Hita hanya tersenyum dan kembali menarik tangannya kembali.

"Perkenalkan namaku Hita teman Dipta di kampus, " kata Hita sambil tetap menatap wanita itu.

"Hita itu teman Nana? " tanya wanita itu sambil melihat kedua mata Hita.

"Nana itu siapa? " tanya Hita.

"Nana itu panggilan Dipta sewaktu kecil dan sekarang dia benci dipanggil seperti itu, " jawab Ayah.

"Hita, kamu bisa kan membawa Nana kemari? Dia pasti merindukan pelukanku setelah bermain sepak bola di lapangan, "

Hita hanya terdiam tanpa mau menjawab permintaan bundanya Dipta karena ia tak bisa berjanji sesuatu hal yang tak bisa ia lakukan. Dirinya memilih memeluk wanita itu dengan erat.

TBC

Sweet Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang