Bab 2 Ta

336 39 1
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

.












.














.






"Ta, lo punya masalah sama Hita? " tanya Chandra yang entah bagaimana bisa ada di gedung fakultasnya. Padahal Fakultas Chandra termasuk jauh dari fakultas Dipta.

"Nggak sih. Kenapa emangnya? " tanya Dipta sambil menatap Chandra.

"Gue denger kalian mau dipasangin tapi si Hita nolak. Jadi ya gue mikirnya kalian berdua pernah ada something atau masalah gitu? "

"Nggak ada apa-apa mungkin, " balas Dipta yang membuat Chandra bingung.

"Kok cuman mungkin sih? Gue jadi mikirnya kalian emang ada something lho. Soalnya ada sikap Hita yang buat gue mikir, dia itu baik banget dan sosok bertanggung-jawab gitu tapi dia kayak buat pembatas tak kasat mata dengan laki-lakil," kata Chandra yang membuat Dipta termenung.

Tak lama, beberapa orang datang sambil membawa laptop mereka. Lalu, Dipta menarik tasnya dan menyampirkannya di bahu tegak miliknya. Ia menatap Chandra dan memberikan gestur bahwa mereka harus pergi karena ruangan ini akan dipakai kelas lain sebentar lagi.

Chandra yang mengerti pun bangkit dan mengikuti langkah Dipta. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan lain yang berputar di otaknya. Rasanya aneh Dipta dan Hita dipilih. Mereka berdua sama sekali tak pernah terlihat dekat, hanya sebatas tau dan kenal.

"Ta! Chan! " Teriak Reno dari salah satu meja kantin saat melihat Dipta dan Chandra memasuki area kantin.

Chandra dengan cepat menuju Reno karena kebetulan sekali ada kekasihnya disana. Sementara Dipta berjalan lebih lambat karena menyadari Hita ada disana. Sepertinya Hita sedang menjelaskan sesuatu pada Reno dan Sonya, kekasih Chandra.

"Ta.  Ini gimana? " tanya Sonya.

"Tanya apa Son? " tanya Dipta balik sambil mendudukkan dirinya di hadapan Hita.

Sonya mengangkat kepalanya dan menatap lurus pada Dipta dengan bingung. Perasaan ia bertanya pada Hita bukan Dipta, tapi mengapa yang menjawab si Dipta? Oh ya, Hita dan Dipta sama-sama dipanggil 'Ta' oleh banyak orang. Mungkin jodoh, batinnya.

"Gue tuh tanya Hita bukan lo, Ta! " Bentak Sonya.

Chandra dan Reno langsung tertawa terpingkal-pingkal saat mendegar itu. Ayolah hanya Sonya yang berani membentak seorang Dipta. Mana ada yang berani membentak Pranadipta Ragnala putra seorang Profesor lulusan terbaik kampus ini.

"Jadi gini. Lo cukup hitung yang ada disini dan disini. Buat makalah kalian yang ditolak Pak Tegar. Itu kemungkinan karena kalian nyontek ide dari makalah kating kita. Kebetulan gue punya beberapa makalah temen SMA gue yang tetep kuliah di Jogja, "

Setelah itu, Hita menyibukkan diri mencari flashdisk yang dimaksud. Ia mengubek-ubek tasnya dan untungnya ketemu.

"Ini. Gue pinjemin flashdisk ini ke kalian berdua seminggu karena minggu depan makalah kalian harus ditumpuk lagi. " Kata Hita.

Dipta melirik flashdisk Hita. Terlihat kusam dan lama. Bahkan merek Toshibanya saja sudah hilang entah kemana. Ternyata dia model penyayang barang, batinnya.

"Ngapain liat Hita sampe segitunya? " tanya Chandra sambil menaik turunkan alisnya. Pria kelahiran Jakarta yang besar di Bandung ini sengaja menggoda Dipta karena selama ini Dipta tak pernah terlihat peduli dan tertarik pada gadis. Bahkan ia sempat berpikir bahwa dia gay.

Hita yang menjadi objek pertanyaan mengalihkan pandangannya dari makalah yang ditolak Pak Tegar. Ia menatap Chandra dengan bingung. Lalu menatap Dipta penasaran.

"Gue baru sadar panggilan kita pake 'Ta'. Jangan-jangan kita emang kembar terpisahkan, " Canda Dipta yang jatuhnya garing.

Hita yang mendengar itu hanya bisa mengernyitkan dahinya dengan bingung.  Ia pikir Dipta hanya memiliki penyimpangan seksual, tetapi ternyata ia juga memiliki penyimpangan otak.

"Gue turut berduka cita ya atas kematian dari kewarasan otak lo, " Kata Hita sambil lanjut membaca makalah tadi.

"Lo gobloknya kok sampe DNA sih Ta. Nggak mungkinlah kalian kembar. Lo asli Bogor. Sementara si Hita asli Jogja. " Kata Reno sambil menjitak Dipta.

Dipta hanya meringis dan merutuki kebodohannya saat mengatakan itu. Ia hanya ingin membuktikan segala analisis Chandra terhadap Hita. Memang benar Hita akan lebih banyak diam daripada bicara terhadap lawan jenis sebagai bentuk dari dinding pertahanan tak kasat matanya.

TBC

Lee Haechan sebagai Chandra Kurniawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Haechan sebagai Chandra Kurniawan

Lee Haechan sebagai Chandra Kurniawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon Somi sebagai Sonya Thalia Putri

Sweet Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang