Bab 24 Janji Hita

170 21 2
                                    

Hihihihi maaf ya aku upload untuk kedua kalinya di hari ini. Semoga kalian tetap enjoy sama ceritaku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽























.










Tak terasa sudah 2 hari semenjak Hita dan yang lainnya pulang dari Bali dan kini mereka bersembilan telah kembali ke kesibukan mereka sebagai mahasiswa. Ada yang sibuk ngegabut, sibuk pacaran, ataupun sibuk dengan dosen, contohnya Hita yang kini mengetuk ruangan Tegar untuk menemui dosen itu.

Kemudian Hita membuka pintu itu perlahan dan langsung masuk. Ia menatap heran pada seluruh kardus di ruangan ini.  Seingatnya terakhir kali sebelum liburan, ruangan Pak Tegar masihlah rapi tanpa kardus-kardus yang berserakan di dalam sini.

"Hita, silahkan duduk. " pinta Pak Tegar sambil mempersilahkan Hita duduk di hadapannya.

"Apa saya sudah melakukan sebuah kesalahan Pak? " tanya Hita sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Tidak. Saya hanya mau berterimakasih kepada kamu yang telah menjadi asisten dosen pertama saya disini. Saya harap impian kamu untuk melanjutkan S2 di MIT bisa terwujud, "

"Jangan bicara seperti itu, Pak. Cara bicara bapak seolah-olah ingin pergi, " kata Hita.

"Memang benar saya mau pergi dari kampus ini besok. Saya mendapat tawaran menjadi dosen di Universitas lain dengan jabatan lebih tinggi dan saya tidak mungkin melewatkan kesempatan itu. Do'akan yang terbaik untuk saya ya, "

"Jelas Pak. Saya juga mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan dari bapak. Bapak adalah dosen panutan saya selama ini, "

Tegar tersenyum mendengar ucapan dari Hita. Terdengar tulus tanpa mengada-ada. Ia pun mengeluarkan sebuah cincin dan diletakkan di antara mereka berdua.

"Mungkin kamu sadar atas segala perasaan saya terhadap kamu. Saya ingin bertanya lagi, apa saya punya kesempatan untuk memiliki hati kamu? Jika kamu memberikan saya kesempatan itu, silahkan pakai cincin ini."

Hita terpaku disini. Ia tidak bodoh untuk tak mengetahui atas segala maksud dari semua perlakuan Pak Tegar terhadapnya selama ini. Bahkan anak baru puber saja tau dengan perasaan Pak Tegar terhadapnya. Tapi, ia tak bisa menerimanya. Ada nama seseorang yang diam-diam terukir manis di dalam hatinya.

"Saya tidak bisa Pak. Lebih baik cincin yang indah ini diberikan kepada wanita yang mencintai Anda dengan tulus, "

Tegar mengangguk. Ia sudah memperkirakan bahwa ada peluang 91% dirinya ditolak oleh Hita karena ia tak bodoh untuk tak mengetahui bahwa ada sesuatu diantara Hita dengan Dipta.

Sweet Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang