Bab 42 Gejolak

119 18 10
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽


Dipta melonggarkan pegangannya. Ia sadar bahwa Hita akan menerima pernyataannya dan membalas perasaannya itu mustahil. Mana mungkin gadis sempurna seperti Hita memiliki perasaan pada seorang mantan gay sepertinya. Bodoh sekali aku mengharapkan Hita mencintai ku juga,

Di sisi lain, Hita masih tak menyangka bahwa Dipta akan menyatakan perasaan yang tak pernah sekalipun Hita pikir ada. Hita menatap kedua mata Dipta yang seperti ada keputusasaan saat melepas genggaman tangan padanya.

Tiba-tiba, pandangan Hita mengabur dan semakin kabur sehingga hanya ada kegelapan yang dapat ia lihat. Sayup-sayup ia mendengar Dipta meneriaki namanya hingga tak ada satu pun suara yang mampu ia dengar.

.
















.

Di tempat lain,

Indra menutup gagang telponnya. Rasa marah menguasai dirinya. Ia pikir dengan mengirimkan Hita untuk kunjungan bisnis dapat membuat hubungan diantara Hita dengan Dipta merenggang. Namun, mereka berdua malah bertemu. Sialan!, batin Indra geram.

"Kalau mereka berdua tidak bisa dipisahkan dengan baik-baik, maka aku akan melibatkan orang tuanya Dipta juga." desis Indra.

Ia bangkit dari kursinya dan melemparkan kursinya ke sudut ruangannya. Bahkan ketika ia membuka pintu saja dengan buru-buru dan menutupnya dengan sebuah bantingan keras hingga membuat Johnny berdiri dari kursinya karena kaget.

'' Tuan besar, ada apa ya? " tanya Johnny mendekat pada Indra yang berjalan dengan tergesa-gesa.

"Kosongkan jadwal saya hari ini. Saya ingin menemui seseorang, "

"Kalau Nona Hita bertanya tentang posisi tuan besar berada, saya harus menjawab apa? " tanya Johnny hati-hati.

"Katakan bahwa saya sedang mengurus hama, "

Hama mana yang berani masuk ke kantor mereka? Ah sudahlah terserah tuan marah-marah itu, batin Johnny kebingungan sambil melihat kepergian sang boss. Kalau boleh memilih, ia akan memilih menjadi sekretaris Hita daripada pria tadi.

Sementara itu, Indra menghela nafasnya sambil berjalan menuju basement. Diantara semua obsesinya, ia masih memiliki setitik rasa ingin menjaga putrinya dari segala kesakitan di dunia ini.

"Kenapa harus Dipta, Hita? Dia gay, " desis Indra kesal. Ia teringat wajah Dipta yang justru membuatnya mual dan ingin meninjunya.

Ia memutar stir kemudinya dan melajukan mobilnya menuju sebuah tempat. Rumah orang tuanya Dipta lebih tepatnya.

Sweet Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang