Bab 9 Menjauh

160 24 0
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽


















.









Hita hanya menatap bosan pada dosen yang sedang mengajar. Ia hanya memainkan bolpen di tangannya tanpa minat. Bahkan penjelasan dari Pak Tegar tak didengarkan olehnya. Ia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Mengapa Dipta tak mau menemui ibunya?

Ia tak bisa langsung menjudge Dipta sebagai anak kurang ajar karena toh dirinya tak pernah mengenal Dipta sampai sedalam itu hingga berani berkomentar.

"Nona Hita jika kamu masih melamun, silahkan keluar!! " teriak Pak Tegar di hadapan Hita.

"Maaf Pak, " jawab Hita dengan menundukkan kepalanya. Jujur saja ia kaget dengan keberadaan Pak Tegar yang sekarang ada di depannya.

"Kalau kamu merasa bosan sama mata kuliah yang saya ajar, silahkan keluar! Mumpung pintunya terbuka lebar, " Kata Pak Tegar sambil melihat Hita yang hanya menundukkan kepalanya.

"Saya janji pak, akan fokus di matkul yang bapak ajar. " ucap Hita memohon.

Lalu, Pak Tegar memilih kembali ke papan tulis dan melanjutkan pembelajaran. Sementara itu, Reno dan Tonny hanya menatap Hita dalam kebingungan. Tumben sekali Hita terlihat tak fokus di kelas, pikir mereka berdua.

.















.

















.

Dipta melangkahkan kakinya keluar kelas dan terus berjalan sendirian meninggalkan Yahya di belakangnya. Ia sedang tidak mood untuk menunggunya. Ia memilih pergi ke kantin karena perutnya sudah demo untuk diisikan makanan.

"Dipta! " panggil Jericho bersama Sisi yang sedang bergandengan. Mata Dipta bergulir malas melihat kebucinan mereka berdua. Semoga saja mereka sampai pelaminan nantinya.

"Mau kemana? " tanya Sisi.

"Makan, " Jawab Dipta seadanya.

"Tidak bersama Hita. Bukankah kalian sudah menjadi dekat? " tanya Sisi lagi.

"Lo bisa gak usah banyak tanya gitu gak? Gue gak dekat sama Hita, " Jawab Dipta sambil berlalu pergi meninggalkan Jericho dan Sisi.

Dipta merasa muak mendengar nama Hita. Ia tak suka jika ada orang yang mencoba mengusik kehidupan tenangnya selama beberapa tahun terakhir ini. Ia juga tak suka jika harus dipaksa melakukan hal yang ia tak suka.

Dipta memejamkan matanya. Berusaha berpikir positif bahwa ia tak akan bertemu Hita hari ini dan sampai lulus besok. Mungkin dunia sedang tak berpihak padanya karena ia melihat Hita sedang berjalan bersama Tonny dan Reno di depannya.

Ia sungguh malas harus berinteraksi lagi dengan Hita. Dengan terpaksa, ia membelokkan kakinya menuju lorong sebelah kanan yang mengarah ke perpustakaan. Lebih baik ke perpustakaan daripada harus bertemu dengannya,

Sesampainya di perpustakaan, Dipta menaruh kepalanya di meja. Ia sama sekali tak berniat membaca buku apapun disini karena ia sendiri sudah pernah membaca hampir seluruh koleksi disini.

Hahhh!!!! Bosannya, batin Dipta sambil menghela nafas kesal. Belum ada sepuluh menit saja dirinya sudah bosan sekali.

.


















.













.

"Lo lagi marahan sama Dipta? " tanya Sisi di sela-sela makannya.

"Buat apa gue marah? Gue nggak ada apa-apa juga kok sama dia, " Jawab Hita sambil masih fokus memakan mie ayamnya.

Sisi menatap Hita jengah. Ia merasa bahwa Dipta dan Hita sedang saling menghindari. Ia tadi melihat Dipta langsung mengubah tujuannya yang awalnya dari kantin menuju perpustakaan hanya karena melihat Hita. Ia juga merasa bahwa Hita juga enggan melewati kelas Dipta pagi tadi.

Jericho mengenggam tangan Sisi seolah-olah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Jericho juga merasa aneh pada Dipta dan Hita sebenarnya. Sepertinya mereka berdua saling menjauh tanpa ia tau apa alasannya.

"Ta, kemaren sorry ya gue gak bisa jemput lo" kata Tonny sambil meletakkan sumpitnya.

"Nggak apa-apa kok. Untung aja gue masih punya OVO wkwkwk, " kata Hita sambil cekikikan.

"Ta, lo yakin gapapa? " tanya Reno lagi yang membuat Sisi langsung menatap Hita. Ia sebenarnya merasa kalau semalaman Hita seperti tak tidur dan malah asyik mengetik di laptopnya.

"Yakinlah. Emangnya gue kenapa sih? Aneh aja kalian, " kata Hita.

"Lo sama Dipta kayak saling menghindar. Bener kan? " kata Sisi menyelidik yang membuat Hita hanya tersenyum tipis.

"Gue gak ada apa-apa sana Dipta. Suwer dah. Ora mungkin Hita ngapusi karo kalian ki, " Jawab Hita dengan logat medoknya.

Sementara itu, Jericho hanya menatap Hita tak percaya. Ia ingat bahwa kemaren Hita sempat mampir ke rumah Dipta. Tapi itu hanya kunjungan sebentar karena ia melihat Dipta hanya menyerahkan sesuatu pada Hita dan kembali masuk ke rumahnya sedangkan Hita langsung keluar dan berjalan menjauh dari rumah Dipta.

Benar, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Dipta dan Hita. Gue harus cari tahu itu, batin Jericho sambil tetap menatap Hita yang masih sibuk makan dalam ketenangan padahal meja ini dipenuhi celotehan anak-anak lainnya.

TBC

Sweet Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang