_20_ [ REVISI ✓ ]

251 38 98
                                    

"Papa akan cerai dengan mama kamu itu, dan setelah perceraiannya selesai papa akan menikah dengan tante Dewi, dan papa harap kamu bisa menghadiri acara pernikahan papa nanti."

Ucapan papanya kemarin masih saja terus menghantui dan bersarang di kepalanya ini.

Harusnya ia senang bukan? Berarti tidak ada lagi yang akan menyakiti mamanya, tidak ada lagi yang menghabiskan uang mamanya. Harusnya ia bahagia! Tapi mengapa hatinya ini sakit?! Dan mengapa dadanya ini di penuhi rasa sesak yang teramat, seakan pasokan oksigen yang ia hirup hanya sampai sebatas kerongkongan saja.

Mamanya belum pulang tugas dari Malaysia. Entah apa yang mamanya lakukan di sana, yang pasti Sandra harus tahu, bahwa mamanya sedang menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk menghidupinya ini.

Memang mamanya bukan karyawan biasa, mamanya itu bekerja sebagai sekertaris dari CEO perusahaan besar.

Entah, Sandra hanya pernah mendengar dari mamanya bahwa mamanya bekerja di perusahaan yang menerimanya sebagai sekretaris dari perusahaan besar Alion Crop.

Yang Sandra ketahui, mamanya seperti have fun saja bekerja di sana, dan lebih banyak tersenyum. Mamanya baru beberapa bulan bekerja di sana, setelah perusahaan roti bakery yang menjadikannya karyawan itu jatuh bangkrut dan harus gulung tikar.

Yang Sandra inginkan sekarang ini adalah berbicara kepada mamanya, dan bercerita tentang perasaannya saat ini, tapi sayang, malang sekali nasibnya ini. Di tinggal papanya yang akan menikah lagi, dan di tinggal mamanya pergi tugas ke negara tetangga.

Sudahlah, ia hanya butuh mengistirahatkan hati, jiwa, dan raganya untuk hari esok dan kedepannya.

Mulai sekarang ia akan belajar menjadi orang yang tidak peduli sekarang. Ia malas, sungguh sangat malas dan lelah menjadi orang yang peduli kepada sekitar apalagi lingkungan keluarganya. Ia akan lebih menjaga dan memperkuat perasaannya untuk kali ini, supaya tidak akan ada orang yang bisa menyakitinya lagi setelah papa dan mamanya! Ia akan membentengi hatinya dan mengeraskan perasaan serta rasa pedulinya ini.

________________

"Bunn udah napa marahnya.." ucap Zaki sambil menggoyang-goyangkan lengan Bunda nya.

Ia berada di ruang keluarga, dan Bundanya sedang menonton sinotron yang banyak sekali ibu-ibu lain menontonnya juga, apalagi kalau bukan AZAB!

Zaki berpikir, memang tidak ada acara tv lain selain azab? Mengapa bundanya ini senang dan gemar sekali melihat mayat yang nyungsep ke selokan, mayat yang di seruduk kerbau, mayat yang di tabrak mobil yang mengangkut gas lalu ketiban gas-gas itu dan menggelinding ke jurang, dan yang lebih parahnya lagi, memang ada azab orang sampai mayatnya masuk dan mencelup ke mobil molen? Kalian tau mobil molen? Ituloh mobil yang suka ngaduk semen.

Zaki Sampai hapal semua adegan itu, akibat sering sekali melihat Bunda nya nonton, bukan sedih yang ia rasakan ketika nonton sinetron itu, yang ia rasa malah heran, bingung, aneh, dan juga greget yang menjadi satu.

/Skip

"Bunnnd... ayolah maafin a'a yah, yayayaaaaa..." rengek Zaki seraya memberikan bundanya ekspresi minta di kasihani. Kek kucing, gemoy-gemoy minta gaplok.

Bunda Hara tetap diam, dan ia bergeser tempat duduk dan menjauhi Zaki.

Zaki tak pantang menyerah! Ia harus berhasil membujuk bundanya seperti sebelum-sebelumnya.

"Bunnnd..., bunda tau gak kalau ada tukang seblak baru di depan? Mau a'a beliin?" Bujuk Zaki.

"Gak!"

"Bunda mah kitu, ngambekna awet ihh, maafkeun atuh bund pan a'a teh sarua kos bunda jelema, a'a ge boga dosa and pasti boga salah, dan bunda harus tau, sebaik-baiknya manusia ialah yang memaafkan kesalahan orang lain. Allah aja maha pemaaf masa bunda engga?" Rayu Zaki dengan bahasa karedoknya itu.

"Bunda selalu maafin kamu yah a'! Cuman kamunya aja yang ngelunjak, udah bunda maafin bukannya tobat ini malah semakin menjadi!"

"Bund, gini deh, bunda pernah kecil? Bunda pernah remaja? Kalau bunda pernah, berarti bunda tau rasanya gimana, bunda pasti dulu kek a'a ngalamin masa-masa labil, nakal, atau apalah itu, bedanya bunda sama a'a adalah, bunda itu perempuan dan a'a laki-laki jadi kita dulu pernah nakal, tapi dalam porsi yang berbeda bund." Terang Zaki

"Tapi bunda gak pernah tuh yang namanya malu-malu in orang tua bunda dulu, gak kek kamu a'!"

"Astagfirullah bunndd, jleb banget kalau ngomong teh, gini deh bund, kan bunda pernah cerita ke a'a tentang masa muda ayah dan bunda dulu, dan mungkin sekarang ini yang a'a lakuin itu juga yang dulu ayah lakuin bund atau bunda lakuin, anak itu ibarat fotocopian dari orang tuanya, dan biasanya anak juga jadi kutukan perbuatan kalian para orang tua di masa lalu, jadii bund, bunda maafin a'a kan?" Ucap Zaki serius namun nada di akhir kalimat itu yang sangat menjengkelkan. Tujuannya tetap sama, yaitu meminta di maafkan oleh bundanya! Ia tidak tahan sumpah, ia tidak kuat didiami bundanya itu terlalu lama lagi.

Bunda Hara hanya diam meresapi kata-kata yang keluar dari mulut anaknya itu.

Tumben sekali pikirannya sedewasa ini? Kalian ngerasa aneh gak?.

"Bunddd maafin a'a ihhh, a'a gak suka ya! Bunda diemin lama-lama! Bunda mah, kalau kesel atau marah sama a'a teh ya marah aja! Marahin a'a sepuas hati bunda atau hukum a'a kayak ayah hukum a'a, tapi jangan diemin a'a atuhh ihh, a'a gak like yah bund! Bundaaaaaaa....." rengekan Zaki itu membuat bunda Hara ingin sekali tertawa saat melihatnya, apalagi di tambah dengan mata yang sudah mengeluarkan cairan bening itu, rasanya tidak tega mendiaminya terlalu lama.

"Yaudah iya."

"Yaudah apa ihh, yang jelas napa bund, kek anak perawan aja!"

"Heh! Yaudah iya bunda maafin!" Ucap bunda Hara sembari menekan kata di akhir kalimat nya itu.

"Hobaaaa, ulala iye, maksiihh bunda ku ter-terrbaik, tercantik, ter-mempesona sejagat raya!" ucap Zaki sembari jingkrak-jingkrak tak karuan.

Bunda Hara hanya menggeleng pusing, melihat kelakuan anak keduanya ini sama seperti melihat pasien RSJ.

"Sayang bunda banyak-banyak, ummwahh," ucap Zaki seraya mencium pipi bundanya lalu ia bergegas lari ke kamarnya.

"A'a mau jemput Sandra yah bund, mu sekalian nganjang mumpung malming," teriak Zaki girang dari arah tangga.

Bunda Hara hanya menggelengkan kepalanya dan sedikit memijit pangkal hidungnya. Pusing, riett sirah nyaho teu.

______________

Cuman mau ngucapin minal aidzin wal'fa idzin mohon maaf lahir dan batin.

Maafin kalau Wilda punya salah ke kalian semua, dan maafin kalau Wilda pernah nyakitin hati kalian mau itu di senghaja maupun tidak.

Mari sama-sama sambut hari raya penuh kemenangan ini dengan gembira dan suka cita.

Dan Wilda mau ngucapin terimakasih buat kalian yang selalu menyempatkan untuk mengunjungi lapak cerita gaje ini. Semoga kedepannya cerita ini bisa lebih baik lagi, mau itu tentang kata-kata, ucapan dan kepenulisanya.

Zaki Somplak [ REVISI✓ ] [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang