i like you, but ...

26 3 44
                                    

1 tahun yang lalu...

Seorang gadis memasuki ruangan yang tertulis di dalam catatan seseorang. Dia berjalan dengan gusar, membawa barang yang berharga.

Pikirannya kusut dengan hasutan. Niatnya yang baik telah membawa bencana yang akhirnya, dia sama sekali tidak menyelamatkan siapa pun.

"Jacqueline!" Panggil gadis itu kepada lawan bicaranya.

"Kamu yakin mau nyari inspirasi dari buku ini?"

"Ini?" Jacqueline mengambil buku itu dengan kasar, "ini bakal jadi karya gw sekarang."

Dia membulatkan matanya dengan sempurna, pilihannya hanya dua. Ungkap dengan konsekuensi atau diam.

"Lo ga bisa ngapa-ngapain, di saat nama lo rusak begitu pun dengan karya nanti. Gw tau betapa ambisiusnya lo buat jadi seorang seniman, jadi anggap aja sekarang 50-50."

Terpaksa gadis itu harus menjadi seorang pengecut. Dia mengkhianati temannya sendiri, yang mungkin dirinya tidak tau sampai kapan harus merahasiakan ini.

Beberapa hari berlalu, Jacqueline sungguh meniru semua model yang telah di buat oleh Blue. Dia mempresentasikan modelnya itu kepada para juri dan di sinilah dia mendapatkan kejayaan.

Ketika rapat sepenuhnya selesai, Jacqueline dengan sigap mengembalikan buku itu kepada orang yang sama. Kini dia dihadapkan pilihan lagi, saat melewati beberapa ruangan untuk menceritakan semuanya. Gadis itu melihat temannya begitu hancur, mungkin dia tidak terlalu menangis, dia tidak melempar barang-barang.

Namun, diamnya adalah suatu kehancuran. Dia melihat temannya yang mulai membakar beberapa model yang sudah setengah jadi. Takut. Dan ketakutan itu masih ada hingga saat ini, betapa kuat gembok yang selalu mengunci harta karun dengan rapat tanpa ada seorang pun yang curiga.

£££


Waktu tepat menuju angka 04.00 AM. Ini sudah hari keempat, aku terjaga dini hari. Apalagi selain untuk mengerjakan model untuk seleksi tahap akhir nanti. Untungnya dua pakaian sudah siap, aku berencana untuk membuat empat model sementara.

Tengkuk terasa kaku, terkadang pandangan ini terasa kabur. Aku tidak seambisius sampai membuat tubuh ini ambruk. Jadi, sudah saatnya untuk rebahan sejenak dan bermanja ria bersama sofa yang empuk.

Tangan sebelah kiri ditaruh di belakang kepala sebagai gantinya bantal, dan yang satunya ku taruh di atas kepala untuk menutupi mata dari cahaya lampu.


🎶🎶🎶

Belum apa-apa ada panggilan masuk. Siapa sih yang menelpon pagi-pagi buta begini?!

"Halo?" Dengan suara lelah yang lumayan serak dan berat hati, aku mengangkat telepon.

"Blue?! Kok kamu jam segini belom tidur?!" terdeteksi sang lawan bicara agaknya terkejut, suaranya lumayan tinggi.

"Mama?" aku pun terkejut.

"Kamu gak tidur?!"

"Mama, bikin aku kaget! Ini aku lagi tidur," balas ku sedikit menggantung, "baru mau."

"Astaga, Blue. Mama ga mau ya kamu belom tidur jam segini! Atau mama perlu temenin kamu di apartemen?"

"Maaaa, aku udah gede," rengek ku, "lagian mama kenapa telepon jam segini?"

"Mama cuma mau ngecek kamu udah tidur atau belum."

Aku menghela napas, "aku lumayan sibuk, tapi kangen mama sama papa. Aku mau pulang, tapi tiket pesawat mahal dan aku ga mau minta uang ke mama lebih dari uang jajan."

The SketchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang