Beautiful Art

23 4 17
                                    

Aku sudah kembali ke studio. Mark dan Jay segera pulang ketika aku datang, katanya mereka memiliki acara lain. Lampu dengan cahaya yang redup dengan suhu ruangan yang dingin membuat ku ingin terlelap.

Tanpa sadar aku merasa wajah yang memanas dan senyum merekah. Sedari menutup mata dan mengatur napas, aku mencoba memutar balik kejadian tadi siang seperti film.

£££


Iya, aku melihatnya tadi bahkan sudah mencubit pipi dan lengan ku sendiri sampai merah.

Ini bukan mimpi.

Ia nyata.

Stay cool, tidak perlu berlebihan. Mengingat tujuan kemari, aku segera pergi ke rak berisi buku-buku fashion. Namun, ada sedikit kendala.

Tidak ada buku favorit ku. Padahal beberapa hari yang lalu masih ada di rak kelima, kolom ketiga. Apa ada orang yang meminjamnya? Ah, padahal aku sangat ingin membacanya hari ini. Buku itu adalah sumber inspirasi, meskipun tidak ada hubungannya dengan tema design kali ini.

Pantang menyerah, setidaknya usaha ku ke lantai 3 ini terbuang sia-sia hanya karena 1 buku. Tetapi kalau dipikir tidak terlalu sia-sia, sih.

Eh...? Orang itu sudah pergi?

Saat aku kembali ke rak semula. Pada saat itu aku melihatnya lagi. Begitu dekat.

Kacau, jantung ini berdetak tidak normal. Ia terus berjalan, sedangkan aku hanya menatapnya dengan kagum. Lelaki ini memang bukan manusia.

Seandainya aku bisa berlari untuk memeluknya, berjalan dengan irama yang sama, berbalas senyum dan saling menggenggam. Bukan kah indah?

"Permisi?"

Lamunan ku buyar dengan suaranya yang berat. Kuat dengan aroma vanilla di sekitarnya.

"Nona?"

"H-hah?"

Tidak, jangan. Sungguh aku terlihat seperti orang bodoh.

"Saya ingin mengembalikan buku ini, bisakah kau bergeser sedikit?"

Oh, jadi ia ingin mengembalikan buku.

Tapi tunggu--

Hey! Itu buku yang dari tadi aku cari! Jangan!

Tolong tuan jangan taruh di kolom paling atas!

Mengapa suara ini tidak mau keluar?! Kau ingin menaiki tangga ke kolom paling tinggi? Sial, masalahnya aku takut ketinggian dan penjaga perpustakaan sedang hilang entah kemana.

Lagian, mengapa harus di atas? Di bawah sini masih banyak ruang kosong untuk satu buku yang er- lumayan? Yah, cukup tebal.

"Ada apa? Anda ingin saya ambilkan buku?"

Peka sekali. Iya-

"Tidak! Emm... ga usah."

Blue, kau mencari penyakit mu sendiri.

"Baiklah," balasnya dengan senyuman, sambil perlahan turun dari tangga dan lenyap.

Entahlah ia pergi ke mana, masalahnya sekarang berubah. Aku harus berusaha mencapai buku itu, kalau dihitung rak ini sangat tinggi. Aku tidak pandai menebak tinggi atau besar sesuatu dalam satuan resmi. Namun, bayangkan saja rak ini sama seperti rak di perpustakaan yang kuno. Kau tau kan seberapa tinggi menjulangnya rak ini.

Baru sekitar 2 meter, kaki ku terasa gemetar. Haruskah hari ini aku biarkan saja? Atau aku harus menunggu petugas perpustakaan datang?

Tidak. Aku hanya takut jatuh. Iya. Berpikirlah positif dan segera ambil buku itu. Alvera ini hanya tangga dan di bawah mu itu lantai, bukan jurang yang dalamnya tidak diketahui.

The SketchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang