you

16 2 24
                                    

Lama kelamaan  bunyi jangkrik sudah  ramai  terkadang ditimpa oleh suara katak juga. Pertanda malam sudah datang. Bukit ini terasa lebih hening, padahal jumlah dan volume suara kami tetap sama seperti tadi siang. Namun,  entah mengapa lebih hening malam hari ya? 

Sesuai dengan jadwal, sekarang aku hendak mengikuti acara api unggun. Para panitia sibuk menata kayu-kayu kering dibantu dengan beberapa anggota pramuka. Aku baru membersihkan diri, karena seharian mendaki dan  membantu memasak ini itu jadi jelas keringat ini membuat tubuh menjadi lengket. 

"Blue, kamu mau makan sup dulu gak?" Mij menawari ku sup jamur yang tadi sore kami buat. Memang nanti pun akan ada makan malam sambil api unggun, tapi rasanya sayang jika  sisanya tidak habis ditambah rasanya yang lezat. 

Jadilah aku jawab dengan anggukan yang agresif. 

Sedari makan aku mulai membuat rencana secara spontan di dalam otak. Karena setahu'ku akan ada waktu bebas besok dan di dalam buku panduan ada Fantasy Lake di pedalaman hutan. Aku tidak tau kenapa mereka menamai danau itu dengan 'Fantasy Lake' memangnya seperti apa penampakannya? 

Mitosnya danau itu sudah ada lama sampai sering banyak artikel yang menulis berbagai keajaibannya seakan ia adalah suatu saksi bisu sejarah. Ada yang bilang kalau penampakan danau itu tidak berubah bahkan setelah selama lima puluh tahun.  Banyak juga yang berkata di sana ada peri yang tinggal dan mereka lah yang menjaga keasrian danau. Menurut ku ini agak berlebihan. 

Yang paling terkenal adalah kalau kamu datang bersama seseorang maka hubungan kalian akan berjalan sesuai dengan yang kalian mau. 

Klasik. 

Terlepas dari semua mitos, aku tetap penasaran dengan danau itu. Bahkan aku sudah bersiap-siap jikalau memori HP ku akan habis. 

"Malam, El." 

Itu Jake, kali ini ia sudah berganti pakaian dengan hoodie oversize dan celana training berwarna hitam. Jujur style nya tidak jauh berbeda sih, tapi apa karena dia keliatan habis mandi jadi terlihat lebih ... 

"Lu udah makan?" Tanya ku berbasa-basi. 

Tanpa kata Jake hanya mengangguk dan berdiri sejajar dengan ku. Pandangannya  menatap lurus ke tumpukan kayu yang sedang dilumuri minyak tanah. Tidak tau apa yang dipikirkannya, tapi keningnya terlihat berkerut seakan banyak pikiran yang menumpuk di atas kepalanya. 

Aku  hanya mengamatinya, enggan untuk bertanya takut itu mengganggunya. 

"Rencana kamu besok apa, El?" Kebiasaannya bertanya sambil tersenyum. Bukan saat bertanya saja, setiap dia berbincang dengan ku. 

Mulut ku masih tersisa makanan padat jadi agak sulit untuk berbicara panjang. Jadi hanya ku jawab, "ada deh." 

Tidak lama setelah itu, suara nyaring toa berbunyi mengumumkan bahwa acara api unggun akan dimulai. Jarak tenda ku  dengan tempat acara  tidak jauh. Persis beberapa meter di depan, sehingga aku memutuskan untuk tidak terlalu terburu-buru. Lagi pula kalau semuanya beramai-ramai tanpa arah ke sana nanti malah bisa terjadi kecelekaan. 

Aku memutuskan untuk menghabiskan sisa makanan terlebih dahulu dan menunggu api unggunnya dinyalakan. Sepanjang waktu itu kami hanya berdiam diri,  karena tidak banyak yang mau dibahas juga sih. Seakan alam ini penuh mengambil semua atensi kami, hanya pikiran dan hati yang saling berbicara. 

Setelah memastikan makanan sudah habis, segera aku mengajak pria disebelahku untuk melihat api anggun bersama. 

"Ke sana yuk, Jake." Aku hanya menyikut lengannya dan berjalan duluan. 

Hangat, karena apinya lumayan besar jadi kami dilarang terlalu dekat ke api unggun. Seketika padang rumput yang gelap lama-lama menjadi terang, percikan api yang dikeluarkan seperti menggambar pola spiral yang indah. Orang-orang sibuk menikmati waktu mereka dengan berkumpul bersama teman, kekasih, pujaan hati atau  dengan diri mereka sendiri. Apapun pilihan mereka, api ini tidak gagal membuat suatu kehangatan. 

The SketchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang