Dua minggu telah berlalu, kali ini tangan ku sibuk berkutik dengan lembaran-lembaran kain lebar yang akan digunting sesuai pola yang sudah dibuat.
Sebenarnya 2 bulan adalah waktu yang singkat untuk membuat lima jenis model yang berbeda, tetapi aku tau bagaimana cara bermain mereka. Berikan apa yang terbaik dan mereka akan mempertimbangkannya.
Wah... ternyata begini rasanya punya orang dalam.
Bercanda, Jake hanya memberi ku sedikit motivasi di tengah kalang kabut. Aku tidak pandai dalam menggambar, untuk itu semua sketsa yang ku buat bisa dibilang hanya aku yang memahaminya.
Sketsa hanyalah panduan sementara agar aku tidak melupakan berbagai ide yang lewat di waktu yang salah. Kalian juga pasti pernah merasakan itu kan? Di saat kalian ingin tidur tiba-tiba serentetan ide lewat, membuat kalian harus berpikir sepanjang malam agar tidak melupakannya di esok hari.
"Gw numpang nonton di sini, ya."
Jay datang membawa Macbooknya. Aku sedikit heran memangnya ia tidak punya kerjaan di hari Kamis dan Jumat? Bukan kah ia harus kelas khusus? Apa bidang olahraga memang banyak waktu luang?
"Tumben bilang segala biasanya langsung nyelonong. Mo nonton apa lu?"
"Bokep."
"HEH! Sinting, ga sehat ni anak."
Hampir saja gunting ini melayang.
"Ga kok. Ga salah lagi."
Tolong siapa pun bawa anak ini pergi. Aku tidak bisa bertindak langsung, karena banyak kain yang bertebaran di sekitar ku.
Akhirnya aku hanya membalasnya dengan tatapan tajam.
"Apaan sih! Ya udah nih gw mo nonton Pororo!"
"Terserah."
"Oh yaudah berarti-"
"JAY!"
Mengesalkan. Ia tertawa terbahak-bahak.
"Blue..."
"Hm?"
"Blue..."
"Hmm?"
"Blue!"
"Gosh! Apa?!"
"Gapapa, cuma mastiin masih idup atau ga."
Ya ampun sepertinya beban hidup ku ini tidak pernah berkurang. Aku hampir tidak tidur selama 3 hari dan sekarang aku dihadapkan dengan sifat absurd seorang Jay.
"Lo sempet ketemu dia?"
Jay menekan kata 'dia' dengan ekspresi yang serius. Mungkin ini saatnya untuk beristirahat sejenak. Aku merebahkan tubuh ku di sofa yang lebar dan empuk, lalu mengambil sembarang buku di meja.
"Iya, di perpus."
Tapi tunggu, dari mana ia tau aku bertemu dengan Jayden? Setahu ku perpustakaan saat itu sepi, apa mungkin Jayden? Tapi ada hubungan apa Jay dengan Jayden?
"Dari mana lo tau?"
Rasa penasaran ini sangat menggebu.
"Dia kan yang bakal jadi juri nanti, artinya gw tau dari Jake. Bukan sih lebih tepatnya Mark tau duluan, terus sampailah ke telinga gw."
Complicated.
"Juri, ya..."
Aku tidak terkejut, mana mungkin seorang Jayden tiba-tiba datang tanpa alasan.
£££
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sketch
Fanfiction"Tanpa pewarna kertas akan tetap putih, tanpa pola maka tidak ada kisah di dalamnya."