Kalau suka 2 orang sekaligus itu sebenarnya ga terlalu melelahkan sih. Yang satu untuk seorang designer terkenal yang ada di kursi juri dengan kacamatanya dan yang satunya untuk ketua panitia acara yang tegas.
Duh, jantung makin ga waras. Udah tegang karena pengumuman final, sekarang tegang sama orang-orangnya. Tetapi aku ini tidak rakus jadi cukup satu orang yang diperjuangkan. Itu pun belum tentu akan menjalin masa depan bersama.
Benar-benar seketika ruangan rapat yang biasanya terasa panas, sekarang menjadi sangat dingin. Bahkan perutku sampai berbunyi berkali-kali padahal sudah diisi dengan makanan berat. Aku terlalu gugup dan merasa mual. Seharusnya aku membawa permen.
"Noa Alvera La'odette," salah seorang juri wanita menatap tajam ke arah ku.
Kegugupan ku semakin bertambah ketika dia memanggil dengan nama lengkap. Sudah lama nama itu tidak terpanggil, dengan terpaksa hari ini aku harus menunjukkannya.
"Nama yang unik," dia memberikan senyum simpul setelahnya.
"Baik nona Alvera, apa anda bisa memberikan garis besar atas karya yang anda buat?"
Aku mengambil napas dalam, padahal intinya aku tinggal menjelaskan meskipun ini hanya sebagai nilai bonus tetapi rasanya begitu mencekam.
"Karena itu adalah 'kebebasan'. Dari pada fokus terhadap tren dan design yang baru, saya ingin lebih fokus pada makna kebebasan itu sendiri."
Tolong percepat waktu interview ini, aku ingin muntah. Bahkan terkadang aku menjawab dengan suara bergetar.
Sesekali aku melihat tatapan para juri yang saling melempar pandangan, seakan mereka berdiskusi dari mata ke mata.
"Menurut nona Alvera sendiri apa karya ini layak jika dipamerkan?"
£££
Hoek!Uhuk-uhuk!
Ya ampun, rasanya aku kekurangan oksigen di dalam ruangan. Aku butuh rehat sebentar.
Kenapa sih mereka harus mempertanyakan 'apakah menurutmu ini layak?' atau 'mengapa kami harus memilih karya mu?'. Aku hampir gila memikirkan jawabannya, memang aku sangat payah menyusun dan mengarang kalimat dalam seperkian detik.
Toh, bukannya yang memilih mereka? Masalahnya rasa percaya diri ku juga berkontradiksi dengan kenyataan yang disajikan. Aku bukan masterpiece yang bisa dengan percaya diri menjelaskan karya ku sendiri!
"Hey! Nona Noa Alvera La'odette!"
Seseorang tanpa diundang nyelonong masuk ke dalam studio ku. Siapa lagi kalau bukan Mark.
Kepala ku masih terasa berat, sehingga sedari tadi aku hanya tertidur di sofa dengan lengan di atas kepala menutupi mata.
"Setelah 2 tahun bareng, gue baru tau nama lengkap lo."
"Yah, baguslah sekarang lo tau. Lagipula, bukan hal yang penting sampai semua orang tau."
Setelah mengatasi rasa gugup, sekarang aku merasa lapar. Namun, sebentar lagi waktunya masuk kelas. Aku tidak akan sempat berlari dari kantin ke kelas.
Sebentar lagi musim gugur, dedaunan yang mulanya hijau akan berubah menjadi kecoklatan. Taman yang tadinya terlihat rapi, nanti akan penuh dengan daun-daun berguguran. Tidak ada enaknya, malah menambah kerjaan.
Meskipun nanti akan ada libur selama seminggu, aku berpikir untuk pergi jalan-jalan kali ini. Hitung-hitung sudah lama aku tidak mengisi album baru dengan foto baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sketch
Fanfiction"Tanpa pewarna kertas akan tetap putih, tanpa pola maka tidak ada kisah di dalamnya."