Chapter Two.
Hermione Jean Granger. Selalu berusaha memberikan semua yang terbaik yang Ia punya. Dimulai dari akademik, selalu ada untuk teman-teman atau mungkin sahabatnya meskipun harus mempertaruhkan nyawa.
Pencarian horcrux misalnya.
Setelah mereka menang, Hermione memutuskan untuk berada di dunia Muggle beberapa waktu. Menghabiskan waktu bersama kedua orang-tuanya sebagai ganti rugi atas perasaan bersalah karena sempat menghapus ingatan mereka.
Selain itu, Hermione takut. Takut sekali terhadap segala hal yang akan menghampirinya setelah perang. Ia tidak menerima perasaan Ron. Ia lebih memilih lari dari apa yang seharusnya. Hermione terlalu takut dengan perasaan orang lain.
Contoh lain ketika Harry memutuskan hubunganya dengan Cho. Harry tidak pernah dengan jelas mengatakan di depan wajahnya apa yang melatarbelakangi hubungan mereka berakhir. Tetapi Hermione tahu, Ia tahu pasti.
Cho tidak terlalu menyukai keberadaanya. Jika dipikir-pikir Cho tidak salah. Siapa juga yang tahan dengan perempuan lain yang selalu bersama kekasihnya? Harry bahkan lebih memilih untuk menemani Hermione belajar, riset, daripada sekedar menyapa Cho yang membuat Cho sakit hati.
Ron juga tidak jauh berbeda. Ia menjaga jarak. Tentu saja, tidak hanya Ron. Semua keluarga Weasley. Padahal, bukankah perasaan tidak bisa dipaksakan? Hermione tahu jauh dalam hatinya Ia menyayangi Ron Weasley sepenuh hati. Tetapi apabila hubungan mereka berakhir apakah mereka masih bisa bersahabat? Tentu tidak dengan sifat Ron yang seperti itu.
Hermione menarik diri. Ia lelah setengah mati berhadapan dengan semua yang berbau sihir. Persahabatanya yang cukup rumit sekarang, bahkan Hermione agak sedikit menyesal karena tidak berteman dengan cukup banyak orang di Hogwarts. Mungkin keadaan berbeda jika Hogwarts adalah tempat dimana Hermione memiliki banyak teman. Mungkin Hermione bisa memiliki harapan.
Mungkin saja.
.
Seperti biasa Hermione membantu Helena menyiram tanaman di kebun rumahnya. Rumah Granger memang tidak besar, tetapi hangat. Hanya mereka bertiga atau Hermione seorang saja mampu membersihkan rumah dua lantai warna putih tersebut.
Hermione tidak memiliki pekerjaan lain selain membantu kedua orang tua-nya praktik di klinik, kuliah Muggle dan membaca buku. Hermione bahkan terlalu takut untuk memulai pertemanan di dunia Muggle. Padahal Helena selalu mewanti-wanti untuk mencari teman karena Studi Muggle akan lama.
Hermione hanya mengangkat bahu, berusaha tidak peduli setiap Helena mengatakan seperti itu.
Hermione bahkan akan selalu mengalihkan pembicaraan ketika Helena dan Richard menanyakan kondisi dunia Sihir, atau kenapa Hermione tidak stay di dunia Sihir?
Jawabanya akan selalu sama: Aku mau bersama kalian saja.
Helena dan Richard bahkan sampai pusing dan terdiam tidak tahu harus bagaimana, mereka meminta Hermione untuk kuliah Kedokteran Gigi dan langsung diiyakan oleh Hermione. Tidak ada penolakan seperti biasanya. Justru Hermione tampak ceria.
Helena dan Richard menyerah, mungkin memang Hermione ingin bersama kedua orang-tuanya. Sampai hari itu tiba.
.
Hermione mengeluh merasakan kakinya luar biasa sakit terutama di bagian kanan. Seolah disambar pedang berkali-kali, Hermione bahkan meringis kesakitan sampai mengaduh berkali-kali tidak tahan dengan rasa sakitnya.
"Mione, apa kau sudah akan kuliah? Kenapa belum turun?" Helena mengetuk pintu berkali-kali dengan nada khawatir.
Helena segera membuka pintu dan menemukan Hermione memegangi kakinya dengan kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her.
Roman pour Adolescents"Dari sudut pandangku, dia hanya perempuan biasa-biasa saja. Kelas menengah ke bawah dan tidak menarik. Apa itu tidak cukup jelas?" Hermione Granger yang selalu berani dalam mengambil risiko. Cantik dan berani. Tidak cukup kuat untuk menghadapi seg...