Chapter Ten.
Draco dan Hermione tidak berbicara selama dua hari. Kepala Draco terasa dibelah palu setelah melihat kenangan Hermione, Ia benar-benar ikut tersayat melihat Hermione diperlakukan seperti itu oleh orang yang menjadi kepercayaanya. Draco tidak habis pikir. Ada orang yang bersikap sedemikian rendahnya hanya untuk...? Astaga. Draco benar-benar pusing.
Johannson seperti biasa tidak berbicara banyak untuk menengahi keduanya. Ia hanya menanyakan hal seperlunya, bolak-balik Manor dan Rumah Sakit menanyakan beberapa hal kepada Hermione dan Draco secara terpisah.
Draco belum memberitahu Johannson hal yang menjadi trauma sehingga memicu Johannson untuk segera melakukan penelitian lebih lanjut untuk penyembuhan Hermione nantinya. Hermione tidak bertanya macam-macam juga tentang Draco. Ia lebih memilih diam saja.
*
Draco berada di meja kerjanya. Ia membaca beberapa metode penyembuhan dan mempraktekanya dengan sebuah manekin. Ia sulit sekali untuk fokus. Ia masih terbayang-bayang Hermione dan kenanganya yang tidak bisa Ia jabarkan lagi.Draco menghela nafas. Ia harus bisa mempraktekan ini dan menyembuhkan Hermione. Harus bisa.
Tidak. Draco masih terbayang betapa takut ekspresi Hermione, betapa liciknya Weasley melukai Hermione.
*
Johannson sibuk menata bukunya sebelum Ia memutuskan untuk membaca beberapa rangkuman yang sudah Ia rangkum dengan rapih di sebelahnya. Alisnya terangkat begitu mendapati pintunya terbuka dengan sedikit celah, Draco.Johannson menghela nafas. Ia kemudian duduk dan mendongakkan sedikit dagu tanda mempersilahkan Draco untuk duduk.
"Ini gila." Desis Draco tidak sabar. Ia berkali-kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan terlihat hampir menangis.
Johannson terdiam. Perubahaan suasana hati Draco bukan hal yang baru untuknya, tapi Ia masih sabar menanti Draco bersuara lebih.
"Ada apa, Draco? Apakah ini soal...?"
Draco memejamkan matanya, "Iya. Granger. Ini soal Granger."
Johannson terdiam lagi. Ia tidak memberikan pendapat apapun. Draco kemudian menatapnya sinis tapi masih menyiratkan rasa ragu. Ia membenarkan kerah jubahnya.
"Kau benar-benar tidak mendapatkan apapun? Itu kau benar-benar jujur dan tidak berbohong? Itu benar?" Tuduh Draco tidak sabar.
Johannson menghela nafas, "Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu, Draco. Tenanglah. Kau menemukan sesuatu?"
Draco berteriak marah entah pada siapa sampai beberapa barang diruangan Johannson terbang termasuk rangkuman yang ingin ia pelajari lagi.
"Weasley.." bisik Draco beberapa saat setelah emosinya mulai mereda.
"Ia melumpuhkan Granger beberapa saat sebelum memperkosanya."
*
Draco tidak ingin cepat-cepat ke Manor dan bertemu Hermione. Ia merasa bersalah dan tidak nyaman begitu saja. Ia bahkan menangis beberapa kali hari ini mengingat ingatan yang Ia lihat sendiri.Draco berkali-kali mengusap wajahnya dengan gusar. Ia menangis lagi dan lagi seolah rasa bersalah menggerogotinya. Ia bahkan tidak habis pikir Weasley bisa selicik itu. Sepicik dan melakukan hal yang terlewat kotor.
Draco memutuskan untuk singgah ke rumah Blaise untuk menghabiskan beberapa botol firewhiskey sebelum pulang ke Manor.
Blaise terlihat santai seperti biasa, Ia menyambut baik kehadiran Draco dan menuangkan segelas minuman.
Blaise tidak minum malam ini. Ia tahu persis ada hal yang buruk terjadi kepada Draco, hanya berjaga-jaga saja.
"Aku sudah mencari tahu soal Weasley." Buka Blaise memecahkan keheningan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Her.
Teen Fiction"Dari sudut pandangku, dia hanya perempuan biasa-biasa saja. Kelas menengah ke bawah dan tidak menarik. Apa itu tidak cukup jelas?" Hermione Granger yang selalu berani dalam mengambil risiko. Cantik dan berani. Tidak cukup kuat untuk menghadapi seg...