7

934 136 8
                                    

Chapter Seven.

Hermione selalu tersenyum saat mengingat kenangan apapun yang ada di hidupnya. Mulai dari pengalaman pertamanya karena tidak sengaja mengeluarkan sihir, atau bagaimana terkejutnya Helena dan Richard saat mengetahui Ia adalah penyihir. Hermione selalu tersenyum saat mengingatnya.

Pada awalnya, Ia tentu takut dengan status darah yang dibawah teman-temanya. Ia adalah Muggleborn yang harus mengejar banyak sekali ketinggalan daripada penyihir lain, terutama bagi mereka yang Darah Murni.

Bertemu dengan Ron Weasley dan Harry Potter adalah salah satu keajaiban untuk Hermione Granger.

Kedua sahabatnya yang baik meskipun menjengkelkan, penuh dengan lika-liku, sampai harus berkorban nyawa.

Pada awalnya, Hermione merasa persahabatan mereka baik-baik saja. Sampai Cho menjauh dari Harry karena tidak nyaman berdekatan dengan Hermione. Sampai Lavender harus merelakan perasaanya kepada Ron karena Ron lebih memilih ditemani oleh Hermione saja ketika Ia sakit. Hermione tahu ada yang salah ketika semua orang memandanginya kagum sekaligus licik.

Luna Lovegood dan Ginny Weasley mungkin adalah kandidat terbaik untuk dijadikan teman, namun bagi Hermione, Luna yang sedikit aneh dan Ginny adalah suadara perempuan Ron. Bagaimanapun, Ginny tetap seorang Weasley dan Hermione tidak pernah sampai hati untuk mengutarakan semua perasaanya.

Hermione sebenarnya bukan orang bodoh yang tidak menyadari betapa Ron menyukainya, ingin bersama Hermione sepanjang waktu meskipun harus mendengarkan sumpah serapah sepanjang waktu. Hermione tahu persis Ron menyimpan perasaan kepadanya. Namun, apakah Hermione benar-benar yakin untuk mengikhlaskan persahabatan mereka hanya untuk atas nama cinta?

*

Hermione terbangun saat sorot matahari mulai memasuki kamar Malfoy Manor yang saat ini di tempatinya. Matanya memicing karena cukup silau sementara badanya mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ia menatap ngeri kepada Draco yang tidak bergeser sedikit pun dari posisinya semalam dan tertidur pulas menyandar punggung ranjang.

Draco mulai menguap dan menggeliat, "Apa aku tertidur?"

Hermione hanya mengangguk sembari melongo. Draco hanya mengangguk lalu tanpa penjelasan apapun Ia beranjak dan meninggalkan Hermione dengan kondisi terhuyung-huyung benar-benar tidak sadar.

*

Hermione berjingkat menuju ruang makan dan hanya menemukan Johannson tengah menyantap roti bakar serta beberapa potong buah untuk sarapan.

"Miss Granger, kemarilah." sapa Johannson hangat.

Hermione tersenyum kikuk sembari menduduki kursi di hadapan Johannson dengan hati-hati seolah takut melukai furniture Malfoy Manor. Ia melihat Johannson yang terlihat sangat santai sembari membiarkan bukunya terbuka sendiri dan membaca.

Johannson nyaris seperti Cedric Diggory, Ia mempesona wajahnya yang benar-benar mirip selain kulitnya yang lebih putih dan sorot matanya yang dingin. Hermione bisa menyadari Johannson mungkin tidak pandai bergaul. Selain itu, mata Johannson lebih sipit dari kebanyakan penyihir yang Hermione tau.

"Apa kau sedang membaca pribadiku?" tanya Johannson tanpa melihat Hermione.

Hermione tersenyum tipis sembari mengoles selai cokelat di lembaran roti. "Tidak heran kau adalah Healer terkenal. Kingsley pasti sangat bangga sebagai saudaramu."

Johannson tidak menjawab dan menekuni sarapan paginya. Bukan hal susah untuk Johannson untuk mengetahui orang yang sedang menganalisis dirinya. Johannson menutup buku-nya lalu melipat tanganya di depan dada, "Malfoy dimana?"

Her.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang