The answer

1.1K 164 17
                                    

Virgoun - Surat Cinta Untuk Starla

•••

Teman-teman Bian sedari tadi hanya menatap heran pada tingkah Bian yang seperti orang linglung. Setelah turun dari motor Chandra bahkan pria mungil tersebut sampai melupakan helm yang masih menempel di kepalanya. Alhasil Bian menjadi pusat perhatian beberapa mahasiswa, ya walaupun hanya sebentar karena memang Chandra mengejarnya untuk mengingatkan pasal helm.

Saat sesi debat forum pun Bian yang terbiasa memberikan opininya, hari ini hanya diam. Antara mendengarkan atau melamun, entahlah.

“Lo kenapa sih?” Bian berjengit kaget saat tetiba Chen berbisik padanya.

“Ha? Kenapa emangnya?”

Chen menghela nafasnya melihat reaksi temannya itu. “Ya lo bengong banget dari tadi, ada masalah?”

Bian menggelengkan kepalanya, memberikan tanda pada temannya untuk tidak perlu khawatir padanya.

Entah sengaja atau tidak, saat mengalihkan tatapannya dari Chen, Bian melirik Chandra yang berada di samping panggung acara. Sedang menatap ke arahnya.

Semburat merah menjalari pipinya dan dengan degupan dada yang membuncah membuat Bian mengingat sekilas kejadian yang terjadi saat di Homestay Gaharu. Tidak ingin berpikiran macam-macam, Bian segera mengakhiri kontak mata mereka berdua dengan salah tingkahnya.

Membuat Dion yang berada di sampingnya menatap bingung pada temannya satu itu. Beda dengan Chandra yang terkekeh melihat tingkah pria mungil tersebut.

“Lo sakit apa gimana sih bi? Pipi lo merah begitu loh.” Ujar Dion khawatir karena memang Bian yang dia kenal sangat rentan terhadap penyakit.

“Gue panggilin Ari deh ya, kayaknya depan sana ada klinik punya kampus deh.” Lanjutnya.

Bian menggeleng dengan keras dan hell pipinya yang memerah bukan karena dia terserang demam okay. “Gak usah lah, gue gak apa-apa kok. Panas, iya ini karena panas aja.”

Lais yang berada di samping Dion sedari tadi sebenarnya mendengarkan dan tentu saja dia memutar bola matanya malas dan langsung saja menonyor kepala temannya itu. “Kalo mau boong tuh yang bener, ac di samping kok bilang panas.”

“Ya yaudah intinya gue gak apa-apa, udah ah tuh dengerin deh.”

Mendengar itu ketiga teman Bian hanya bisa mengedikkan bahunya. Tanpa tahu bahwa sedari tadi Bian berusaha untuk menenangkan degupan hatinya yang menggila hanya karena mengingat kejadian tadi.


•••


Setelah diberitahukan saatnya untuk Ishoma, Chandra dengan terburunya menghampiri Bian untuk mengajak makan siang bersama.

Bian yang tidak sadar bahwa di belakangnya ada Chandra yang mengejarnya, hanya berjalan santai bersama teman-temannya.

Pria dengan senyuman bulan sabit itu berjengit kaget saat tiba-tiba ada yang menarik pergelangan tangannya. Hampir saja dia mengumpat kalau saja Chandra tidak tertangkap di pandangannya.

Semburat merah tiba-tiba saja muncul dan tanpa sadar membuatnya mengepalkan jari-jarinya di tangan satunya yang tidak di pegang Chandra, menahan senyuman yang dia sendiri bingung apa maksud senyuman itu.

“Makan bareng?” Hell sejak kapan suara Chandra berubah menjadi lebih, berat?

“Chan, lo sengaja ubah suara lo?” Oh ternyata bukan cuma dia yang merasa, bahkan Chen pun merasakannya.

SERENDIPITY ; Chanbaek LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang