Jackson 5 - I Want You Back
•••
"Kamu pulang lusa kan ya dek?"
"Iya bunda, lusa aku pulang. Dari sini ngambil jam penerbengannya pagi."
"Kamu sehat-sehat kan di sana? Pernah sakit gak?"
"Engga kok yah, Bian di sini sehat-sehat aja."
"Yaudah syukur, kamu nanti pas pulang mau ayah jemput gak?"
"Iya dong jempuuut."
"Iya-iya, sana sarapan dulu. Jangan sampai di lewatin ya."
"Iya ayah. Bian tutup dulu ya, Dah ayah bunda love you."
"Iya we love you too."
Bian segera menutup panggilan itu. Jadi kangen sama ayah bundanya padahal baru kepisah seminggu doang.
Pria mungil itu berjalan keluar kamar dan turun menuju ke arah meja makan, dimana ternyata teman-temannya telah berkumpul menunggu siapnya sarapan.
"Loh belum pada makan?"
Nando menggeleng. "Belum, nunggu bang Kayi sama bang Dion pulang."
"Kemana emang? Dion gak masak?"
"Males katanya, jadi beli di luar."
Bian hanya ber-oh ria. Ia pergi menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya lalu berjalan menuju ruang televisi untuk bersantai sembari menunggu sarapannya datang.
Kebetulan di ruang televisi hanya ada Lais, sedang di meja makan ada Nando, Bintang dan Chen. Terlihat sedang berdebat tidak penting, makanya ia lari ke ruangan televisi.
"Oy galau banget lo kenapa?" Celetuk Bian membuat atensi Lais teralih ke arahnya.
Lais hanya menggeleng tanpa mau menjawab pertanyaan Bian. Membuat Bian yang semula fokus dengan smartphonenya akhirnya menoleh ke arah temannya itu dengan kedua alisnya yang menyatu.
"Cerita deh jangan dipendem sendiri. Gak baik."
Lama Lais memandang Bian untuk menyakinkan apakah harus ia bercerita atau tidak, namun tatapan menuntut yang Bian berikan padanya membuatnya menghela nafas mengalah. "It's about my mom."
"What's going on? She's sick again?"
Lais mengangguk lemah. "Kambuh lagi syarafnya, katanya gak bisa ngerasain tangan kanannya. Gue kayakanya bakalan ngambil part time deh buat bayarin pengobatannya."
Memang sekarang Lais hanya tinggal berdua saja dengan sang ibu, sedang ayahnya sudah lama meninggal saat ia masih di bangku SMP. Jadi mau tidak mau, malas tidak malas dia harus mencari biaya untuk pengobatan ibunya dan tentu saja tambahan untuk uang kuliah dan jajannya.
Bian membenarkan posisinya yang awalnya terbaring menjadi duduk. "Mau gue bantuin?"
"No, please no. gue cerita begini karena emang pure mau cerita aja bukan mau minta bantuan. Udah deh gak usah mandang gue pake mata sedih begitu."
"Lo udah semester segini, yakin bisa bagi waktunya? Gue bantuin nyari kerjanya deh. Kayakanya sepupu gue punya cafe semoga aja butuh karyawan."
Lais membelalakan matanya terkejut, oh bukan terkejut karena betapa baiknya Bian melainkan terkejut saat mendengar bahwa pria mungil itu mempunyai sepupu yang mengelola sebuah cafe. "Janji ya lo bantuin, kalo udah penuh tinggal minta aja buat pecat salah satu karyawannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ; Chanbaek Lokal
FanfictionJatuh cinta secara tidak terduga. Tidak perlu terburu-buru karena memang ini sudah takdirnya. I swear we're meant to be. Chanbaek lokal bxb