Merenggang

881 114 7
                                    


Coldplay - Daddy

•••

Terhitung sudah 2 minggu suasana antara anak dengan ayah itu tidak membaik. Semenjak terkuaknya hubungan sang anak, ayah sedikitnya menghindari eksistensi Bian.

Bian sendiri merasa sedikitnya kecewa dengan sang ayah, karena yang ia pikirkan ayahnya masih akan mengajaknya berbicara terlepas dari permintaan ayahnya kemarin mengenai membutuh waktu untuk menerima hubungannya dengan Chandra.

Tapi, melihat keadaan sekarang membuatnya juga merasa segan untuk mengajak ayahnya berbicara. Hanya kalimat ‘yah aku mau izin kesini’ dan balasan ‘hm’ dari sang ayah yang membuat keduanya berbicara, selebihnya hanya saling mendiami.

Bunda sendiri sudah pernah membujuk suaminya untuk berbicara kembali pada Bian, karena sungguh suasana rumah mendadak menjadi tidak mengenakan saat sang anak dan ayah tersebut saling mendiami.

Namun seperti yang diketahui, kepala keluarga satu ini memang dikenal dengan keras kepalanya, membuat ia tidak mengindahkan perkataan sang istri yang menyuruhnya untuk berbaikan segera dengan sang anak.

Mungkin, mungkin semuanya akan kembali normal kala sang kepala keluarga sudah menemui kekasih anaknya.

Beruntungnya, bunda tidak mendiami Bian. Membuat Bian merasa lega akan satu fakta itu. Tapi mungkin Bian sendiri yang masih agak canggung berinteraksi dengan bundanya semenjak insiden pengakuannya.

“Bunda, Hari ini aku mau kelompok di rumah Dion. Pulang agak maleman deh kayaknya, gapapa?”

Bunda yang sedang mencuci piring bekas sarapan mereka menghentikan kegiatannya guna berbalik untuk melihat sang anak yang berdiri dibelakangnya.

“Kelompok apa emangnya?”

“Buat project uas, bentar lagi kan aku ada uas.”

“Malem sampe jam berapa?”

Bian mengerucutkan bibirnya berfikir sebelum menjawab pertanyaan bundanya. Bunda sendiri hanya bisa tersenyum lucu saat melihat tingkah anaknya.

“Jam 10 maybe?”

Mendengar itu membuat bunda menganggukkan kepalanya dan segera berbalik untuk melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. “Bunda izinin, tapi izin juga ya sama ayah?”

Bian dengan segera mengehela nafasnya keras-keras. Dirinya langsung berjalan mendekati bundanya dan memeluk pinggang bundanya dari arah belakang.

“Bunda yang izinin ya? Aku gak mau ah palingan juga di diemin doang nanti.”

Bunda dengan jail memberikan pukulan kecil pada tangan anaknya yang sedang melingkar indah di pinggangnya itu. “Gak mau males.”

“Ih bunda maaah, nanti ayah tambah marah. Mangnya bunda mau aku sama ayah tambah parah berantemnya?”

“Yang nyuruh berantem siapa juga? Baikan sana, bunda pusing liat kelakuan kalian. Rumah udah gak asik, bikin bunda gak betah.”

Mendengar itu membuat Bian mengerucutkan bibirnya, cemberut. Bisa-bisanya bundanya bilang gak betah di rumah sendiri. Udah kayak mau cerai aja lagaknya.

“Bunda kok ngomong gitu? Ayahnya aja yang masih marah sama Bian, padahal Bian udah biasa aja.”

“Biasa apanya orang minta izin aja gak mau.”

“Bukan gak mau, tapi takut gak diizinin.”

“Boleh, kan buat tugas juga izinnya.”

Namun perkataan sang bunda agaknya tidak ia hiraukan. Makin males sebenernya sama tingkah ayah yang nyuekin dia makanya, makanya mending gak usah izin aja toh paling bunda juga bakal bilang sama ayah.

SERENDIPITY ; Chanbaek LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang