Dhruv - Double Take•••
Beberapa mahasiswa/i sudah berkumpul di area spot center dimana di depan lapangan sudah berjejer beberapa bus yang siap mengantar mereka menuju Museum Malang Tempo Doeloe. Pembagian bus sudah penanggung jawab beritahukan sedang untuk tempat duduk diserahkan pada pilihan mahasiswa/i itu sendiri.
Chandra, selaku penanggung jawab memberikan arahan-arahan untuk para mahasiswa/i saat mereka berada di Museum Malang Tempo Doeloe serta memperkenalkan tour guide acara hari ini kepada mereka yang di antaranya ada Sehun, Ari dan juga Ajeng.
Untuk panitia acara sendiri menggunakan bus terpisah dari mahasiswa/i tamu acara, alasannya karena memang agar lebih mudah bagi mereka untuk membahas sesuatu jika terjadi kesalahan. Namun di setiap bus tamu acara, mereka menempatkan satu anggotanya untuk membimbing mereka jika ada pertanyaan atau apapun itu.
Dan sebenarnya, itu membuat Chandra sedikit kewalahan karena pagi tadi antara ia dan Bian terjadi sedikit kesalahpahaman. Pria tinggi tersebut ingin bertanya pada Bian namun sepertinya tidak untuk sekarang.
Sesaat tatapan keduanya tidak sengaja bertemu, namun pancaran mata yang Bian berikan sedikit banyaknya membuat Chandra tidak nyaman dan khawatir. Mata bulan sabit yang biasa memandangnya ramah kini tergantikan dengan tatapan malas yang kentara, dimana tidak lama mereka bertatapan Bian segera mengalihkan tatapannya ke samping.
Sedikit banyaknya itu membuat Chandra merasa bersalah dan sakit? Entahlah. Yang ia tau, ia tidak suka akan sikap yang Bian berikan padanya.
Sedang Bian sendiri untuk saat ini terlalu malas untuk melihat eksistensi seorang Chandra, maka dari itu ia segera mengalihkan tatapannya tatkala Chandra meliriknya tadi. Untuk saat ini ia ingin menghindari pria tinggi itu.
Fokus dengan pemikirannya membuatnya terperanjat kaget saat bahunya ditepuk oleh Dion, memberitahukan bahwa sudah saatnya mereka memasuki bus untuk berangkat menuju tempat tujuan.
Bian mengikuti langkah teman-teman di depannya dan memasuki bus diikuti oleh mahasiswa/i lainnya dan memilih tempat duduk bagian belakang di samping Dion. Sedang Lais dan Chen duduk berdua di tengah-tengah bus.
•••
Selama perjalanan Bian hanya terdiam dengan earphone yang berada pada kedua telinganya. Menikmati beberapa lagu yang setidaknya bisa membuat moodnya balik lagi. Udah berasa model mv aja pas dia liat ke arah luar melalui jendela bus sembari ditemani song ballad yang menyejukkan telinganya.
Namun lamunannya terhenti tatkala salah satu earphone yang berada di telinga kanannya diambil oleh oknum yang duduk di sebelahnya. Dion membawa earphone tersebut ke telinganya untuk mengetahui lagu apa yang sedang Bian dengar, dia bosan juga omong-omong karena memang para tamu acara sibuk dengan temannya sendiri-sendiri.
Saat lagu Too Good At Goodbyes milik penyanyi western Sam Smith terdengar di telinganya dia segera melirik ke arah Bian yang telah kembali ke posisi awalnya dimana ia menatap kosong ke arah luar bus. Memandang beberapa gedung dan kendaraan yang mereka lewati.
“Melankolis banget lo, najis!” Ucapnya sembari mendorong kecil kepala Bian, membuat pria mungil tersebut mengernyit tidak suka saat acara meratapi nasib cintanya diganggu.
“Apaan sih lo ah, diem deh.”
Dion segera merebut smartphone milik Bian dan mematikan lagu yang tengah dimainkan, membuat atensi Bian seluruhnya terfokus ke pria mungil bermata belo tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ; Chanbaek Lokal
FanfictionJatuh cinta secara tidak terduga. Tidak perlu terburu-buru karena memang ini sudah takdirnya. I swear we're meant to be. Chanbaek lokal bxb