Bon Jovi - Thank You For Loving Me•••
“Kenapa?”
Chandra melirik pada ibunya yang baru saja membuka pintu kamarnya. Terkejut kala mendengar teriakan dari sang anak. Dengan dibelakangnya diikuti bapaknya yang juga berjalan dengan wajah terkejut serta penasaran.
“Gak tau tadi aku niatnya mau nelfon Bian, diangkat sebentar kok sama anaknya. Tapi, gak tau tiba-tiba bu ya tuhan aku bahkan belum denger suara dia tapi tadi aku denger, bu gimana ini…..”
Bu Vira dengan pelan duduk disamping sang anak yang terlihat sedang linglung. Sesekali anaknya itu men-deal nomor yang sama, nomor kekasihnya. Berulang kali tanpa henti.
“Coba pelan-pelan, jelasin biar ibu paham.”
Sebelum membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, pak Evan datang membawa segelas air putih untuk ia berikan pada Chandra, “Minum dulu ini biar tenang.”
Chandra dengan pelan meminum air putih yang dikasih bapaknya, dan setelahnya meletakkan gelas tersebut disamping nakas tempat tidurnya.
“Aku nelfon Bian kan tadi, diangkat sama anaknya. Tapi belum juga ngomong aku denger suara keras banget bu, kayak tabrakan gitu tapi gatau itu dari Bian atau bukan. Aku mau coba telfon lagi tapi gak diangkat-angkat sama dia, bu gimana kalo Bian – "
Bu Vira dengan segera membawa tubuh anaknya kedalam dekapannya, menenangkan anaknya yang tengah kalut dengan isakan kecil yang bisa ia dengar.
“Pak, coba panggilin Kayi suruh telfon temen Bian. Ini si kakak lagi kalut banget biar ibu tenangin dulu.”
Pak Evan mengangguk mengiyakan perkataan sang istri, “Yaudah bapak ke sebelah dulu manggil Kayi.” Ujarnya dan melesat pergi ke arah Homestay di sebelah rumahnya.
“Kak, dengerin ibu hey sayang sini liat ibu dulu.” Bu Vira dengan lembut mengangkat wajah anaknya yang sebelumnya tenggelam dalam bahunya. Ditangkupnya kedua pipi anaknya untuk bisa ia tatap, “Bian gapapa, Kamu tenang ya jangan kayak gini. Kita tunggu kabarnya kalo Kayi udah sampai sini. Bian anak yang kuat pasti gak bakalan terjadi apa-apa.”
Namun perkataan menenangkan ibunya tidak membuatnya sedikitpun merasa tenang. Skenario-skenario buruk terus saja bermunculan dalam bayangannya. Rasanya ingin sekali Chandra berlari untuk menemui kekasihnya dan mengecek sendiri keadaan pria mungil miliknya sekarang. Melihatnya secara langsung agar perasaannya menjadi tenang.
Derap langkah yang menuju ke arah kamarnya membuat atensinya tertuju penuh pada bapaknya dan Kayi yang telah datang. Kayi dengan raut bingungnya hanya menuruti perintah bu Vira untuk menghubungi teman dari kekasih temannya itu, karena memang pak Evan tidak mengatakan apapun saat bersamanya. Beliau hanya berkata kalau Kayi sedang dibutuhkan oleh Chandra.
Dengan segera Kayi men-deal nomor kekasihnya, Dion. Di dering ke-lima akhirnya telfonnya diangkat dan yeah dia kebingungan sendiri harus memulai bicara darimana saat dirinya tidak mengetahui mengapa Chandra ingin ia menghubungi teman Bian. Karena itu, ia dengan suka rela menyerahkan ponselnya pada Chandra agar pria tinggi tersebut yang berbicara.
“Yon, lo tadi ada kelompok kan sama Bian? Anaknya udah pulang?”
Diseberang Dion mengernyitkan kedua alisnya, bingung tiba-tiba ditelfon kekasihnya tapi malah Chandra yang ngomong udah gitu nanyain Bian lagi. Apa gak bisa nelfon sendiri?
“Iya, anaknya tadi udah balik kok sekitar jam 22.20 deh kalo gak salah. Kenapa emang? Gak bisa lo telfon anaknya?”
Chandra menggelengkan kepalanya reflek, tidak peduli bahwa Dion diseberang sana tidak melihat tindakannya itu. “Tadi sempet jawab telfon gue, terus tadi ada bunyi keras kayak tabrakan gitu. Yon sumpah lo bisa hubungin Bian? Kalo iya susah juga, tolong telfonin bunda ayahnya sekalian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ; Chanbaek Lokal
FanfictionJatuh cinta secara tidak terduga. Tidak perlu terburu-buru karena memang ini sudah takdirnya. I swear we're meant to be. Chanbaek lokal bxb