Ed Sheeran - Photograph
•••
Pagi yang indah menyapa kedua insan yang masih saja bergelung di balik selimut. Suara kendaraan yang lalu lalang membuat salah satu diantaranya terbangun dengan lenguhan kecilnya. Membuka matanya perlahan dan cahaya mentari pagi memasuki pandangannya.
Bian meliarkan pandangannya dan tepat pandangannya tertuju pada jam yang menunjukkan pukul enam. Masih pagi ternyata.
Seperti biasa, untuk mengembalikan nyawanya pasca tidur, pria mungil tersebut memandang kosong ke arah langit-langit kamar. Dan tentu saja memori-memori ingatan sebelum ia tertidur mulai bermunculan.
Membuat semburat merah menghiasi wajahnya, senyuman tak bisa ia elakkan kala jarinya ia bawa untuk mengusap belahan bibirnya. Lebih tepatnya belahan bibir yang Chandra cium semalam.
Bian reflek menutup wajahnya menggunakan selimut dan menendang kecil kakinya ke udara yang kosong. Tentu saja tindakannya barusan mengganggu temannya yang masih dengan nyamannya bergelung di alam mimpi.
“Lo ngapain sih pagi-pagi ribut bener.” Suara serak temannya berhasil menarik atensi si manik sabit untuk melirik ke arahnya.
Dengan tidak malunya, bian menendang kecil pantat Lais dan memukul-mukul kecil bahu temannya itu. Okay, Lais semakin dibuat kesal sekarang.
Lais segera bangun terduduk dan mulai memukul punggung Bian dengan lumayan keras, membuat si sabit mengerang kesakitan. “Ah Lais sakit anjing ih udaaaaah.”
“Ya lo ngapain sih pagi-pagi nyiksa orang.” Ujar Lais dengan nafas terengahnya.
“Nyiksa apaan, orang mukulnya kecil gitu kok. Lagian gak bisa apa liat orang seneng dikit.”
Lais menonyor kepala Bian gemas. “Orang seneng tuh nyebar kebahagiaan bukan nyebar penyakit, biantara.”
“Lagian lo seneng kenapa dah?” Sambungnya.
Bian terkekeh gemas dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. “Malu ah kalo cerita sekarang, nanti aja.”
Lais mengernyit jijik liatnya. “Minggir lo ah sok imut banget. Gue mau mandi.”
Bian hanya tersenyum manis, tidak mengindahkan ucapan Lais yang telah keluar dari kamarnya menuju kamar mandi.
•••
Suasana sarapan di meja makan Homestay Gaharu terbilang cukup senyap, hanya celotehan Bintang dan Chen yang terdengar kala mereka meributkan soal hal-hal sepele.
Bukan apa-apa, kecanggungan yang diciptakan oleh Bian dan Chandra mampu membuat orang di sekitarnya juga merasakan rasa itu. Canggung yang entah bagaimana mereka bisa jabarkan. Mungkin, hanya Bian yang kentara sekali canggungnya sedang Chandra tidak. Pria tinggi tersebut memang dikenal irit dalam berbicara sehingga keterdiamannya tidak menimbulkan tanda tanya besar bagi orang lain.
“Eh tadi malem lu kenapa teriak-teriak dah bang. Berisik anjir udah mah malem-malem.” Celetuk Bintang membuat atensi pria mungil itu teralih ke arah cowok Bekasi tersebut.
Lirikan ia berikan kepada yang lebih tinggi lalu menjawab pertanyaan Bintang dengan senyuman kecilnya. “Engga kenapa-kenapa kok.”
Mendengar jawaban Bian membuat dua orang yang sedang dalam tahap pendekatan itu terkekeh jenaka. Tidak mau memusingkan sehingga mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya bersamaan tanpa mau menyanggah jawaban oknum tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY ; Chanbaek Lokal
FanfictionJatuh cinta secara tidak terduga. Tidak perlu terburu-buru karena memang ini sudah takdirnya. I swear we're meant to be. Chanbaek lokal bxb