Dissapointed & Apologize

886 126 17
                                    

Day6 - Not Fine

•••

Bian sedari tadi berjalan kesana-kemari dengan ujung kuku yang sibuk ia gigit. Kenapa kekasihnya tidak menelfonnya kembali? Apa ia masih ada urusan dengan perempuan tersebut? Ah, jadi begini rasanya kala kita tengah menanti kabar dari seseorang namun seseorang itu tidak memberi kita kabar.

Inginnya ia menelfonnya kembali, namun ragu menghampiri. Takut-takut dirinya mengangganggu.

“Telfon dulu aja apa ya?” Ucapnya dengan pandangan yang masih tertuju pada kontak Chandra yang ditampilkan oleh layar ponselnya.

“Telfon dulu aja apa ya?” Ucapnya dengan pandangan yang masih tertuju pada kontak Chandra yang ditampilkan oleh layar ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tapi nanti ganggu gak ya? Lagian emang Millie gak bilang apa?”

Bibirnya sedari tadi mengerucut lucu, kesal sendiri dengan pilihannya. Haruskah ia telfon saja?

“Yaudah lah telfon lagi aja.”

Dirinya dengan gugup menanti telfonnya diangkat. Deringan masih berbunyi sampai suara operator wanita yang menjawabnya. Membuat ia dengan kesal melempar ponselnya ke ranjang.

“Kenapa sih? Ngapain aja sampe sore gini? Berduaan? Chandra nyebelin ah.”

Bian lalu segera turun menuju dapur untuk mengambil minuman dingin. Setidaknya dirinya harus mendinginkan hati dan kepalanya.

“Loh yah, bunda mana?” Tanyanya kala mendapati ayahnya yang tengah memasak mie rebus. Biasanya bunda yang menyiapkan kala ayahnya meminta sesuatu.

“Bunda lagi pergi ke temennya. Kenapa? Kamu laper?”

Bian dengan santainya mengintip mie rebus yang masih mengepul berada dalam panci. Jadi pengen mie rebus juga.

“Aku mau dong yah tapi masakin ya.” Kekehnya membuat Ayah dengan segera menjitak sayang kepala anaknya.

“Iya sana kamu duduk. Ini mie ayah buat kamu dulu aja nanti ayah masak lagi.”

Dan setelah selesai, Ayah segera manaruh mie tersebut dalam mangkok dan menyerahkannya pada Bian. Membuat pria mungil tersebut berbinar kala melihat mie rebus yang masih mengepulkan uap panas.

“Bunda pulang jam berapa emang?”

“Sebelum maghrib udah pulang kok.”

Bian mengangguk-anggukan kepalanya dan melanjutkan makan mie rebus.

“Kamu kenapa?”

Dengan bingung Bian mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan random ayahnya. “Kenapa apanya?”

“Ya tumben banget seharian di kamar mulu. Ngomel-ngomel mulu lagi.”

Bian reflek berhenti mengunyah makanannya. Dengan gugup dirinya bertanya dengan ayahnya, “Ayah denger omelan Bian?”

SERENDIPITY ; Chanbaek LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang