'Last'
ıllıllılıllıllı
"Kookie? Oh, terima kasih Dewi bulan, adikku baik-baik saja."
Tanpa basa-basi, Seokjin menghampiri Jungkook yang sudah berlari kearahnya. Ia memeluk tubuh adiknya erat-erat dan memejamkan mata, merasakan kembali kehangatan dari sosok yang dirinya rindukan selama beberapa hari ini. Seokjin mengusak pipinya di telinga Jungkook, mengecup pelipis sang adik sejenak kemudian melepaskan pelukan. Ia ingin melihat wajah adiknya lebih dekat.
"Kau baik hm? Kau tetap makan banyak? Berat badan mu tidak berkurang kan?" pertanyaan Seokjin yang sungguh tak terduga itu membuat Namjoon dan yang lainnya ternganga. Meskipun Seokjin sendiri tak mempedulikan kata-katanya yang baru saja ia ucapkan.
Cemberut, Jungkook menelusup kan wajahnya di bahu sang kakak. Bahu lebar yang sering ia gigit saat dulu kecil hingga sekarang jikalau Jungkook gemas atau mengantuk, "Mereka baik padaku Hyung. Aku baik-baik saja di sini, sangat baik. Oh, aku sudah menemukan mate ku!" seru Jungkook sembari menunjuk Taehyung yang saat ini tersenyum kaku di samping tubuh tegap sang ayah.
Karena gemas, Seokjin mencubit pipi Jungkook, meremasnya hingga sang adik memekik kesal dan terkekeh kecil puas dengan reaksi adiknya, "Ya, Hyung sudah dengar sejak hari pertama kau meninggalkan rumah. Di kampung ramai membicarakan mu dan tuan muda Taehyung yang menjadi soulmate."
"Benarkah? Aku tidak tahu," cicit Jungkook seraya mengerutkan dahinya.
"Tentu saja, pasti hal ini tidak diketahui pihak istana juga."
Bibir Jungkook terkatup, setelahnya ia menjilat permukaan bibirnya yang kering dan menepuk pipi nya kecil. Jungkook hampir lupa dengan misi nya, "Benar begitu ayah?" tanyanya sambil memandang Namjoon. Dengan begitu Hyung nya akan bertatapan dengan Namjoon kan? 'jungkook cerdas.'
"Ayah?" Seokjin bertanya heran.
Ia mengikuti arah pandang Jungkook dan tertegun sejenak. Dirinya terdiam, merasakan hembusan angin dingin menerpa wajahnya, di detik itu juga dunianya berubah. Hamparan salju menyambutnya, ada seorang pria di ujung sana, membelakanginya sambil menghadap sesuatu yang Seokjin sendiri tak tau apa yang pria itu lakukan.
Rambut platina pria itu tampak sangat indah di antara warna putih salju dan birunya angkasa. Bahkan terlihat kunang-kunang mengelilinginya dalam keadaan yang sedikit gelap. Ingin tau apa yang pria itu lakukan, Seokjin mengambil langkah, menapaki salju yang menimbulkan bunyi di setiap pijakannya. Saat ia semakin dekat dengan pria itu, entah mengapa Seokjin menangis, dirinya menitikkan air mata? Kenapa? Apa yang terjadi padanya.
"Kau datang Jinseok? Kau pulang?"
Memalingkan wajahnya, sosok pria itu tersenyum padanya. Seokjin ingat, dia Namjoon, Namjoon nya, cintanya, dan hidupnya, "N-namjoon?"
"Ya sayang, kemarilah."
Berlari, Seokjin menghempaskan diri dalam dekapan Namjoon, menangis tanpa suara dalam derasnya derai air mata. Seokjin memeluk erat Namjoon, menggeleng sekeras mungkin kala sang tercinta ingin melepaskan tangannya.
"Hei, lihat aku," Namjoon tersenyum, seorang yang dirindukannya kini berada di depannya, di antara lengannya, dan Namjoon sangat bersyukur ia dapat kembali melihat sesosok yang dicintainya, seorang yang menjadi belahan jiwanya, sekaligus poros hidupnya yang telah usai.
Dengan mata memerah, Seokjin mendongak, menatap sang Alpha yang masih mempertahankan senyumnya. Ia semakin mengencangkan pelukannya, tak ingin kembali dipisahkan sementara mereka baru saja bertemu, "Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alma Gemela [Namjin] ✓
FantasySeokjin adalah seorang pemuda yang memiliki kelainan pada tubuhnya. Dia memiliki rahim layaknya perempuan dan dapat mengandung serta melahirkan. Ayahnya yang depresi berat menjualnya dan adiknya kepada orang kaya yang berada di daerah terpencil dan...