‹ Chapter 11 : Fear ›

4.4K 469 60
                                    

Kehilangan adalah suatu hal yang tak pernah diinginkan semua orang, suatu situasi yang mungkin terjadi dan pastinya pada semua orang. Menjadikan semuanya berubah, terasa sesak dan menyadarkan jika ada sesuatu yang pergi dari tempatnya. Sesuatu yang sangat dijaga dan dicinta, tidak lagi dapat merasakan kehadirannya.

Namjoon sudah pernah tertawa bahagia, Namjoon sudah pernah menangis, dan Namjoon tentu nya sudah pernah kehilangan.  Dia pernah kehilangan ibunya dan dia berharap ini yang pertama dan untuk yang terakhir jua. Tetapi seolah Dewi bulan tidak berkehendak dengan harapannya, untuk kedua kalinya dia kehilangan. Pupus sudah harapan yang selama ini dia tanam dalam sudut ruang pikiran nya.

Setelah sekian lama, harapan itu mulai tumbuh. Merangsek keluar dari otaknya, menyuruh jiwanya ikut mendukung apapun yang terpikir olehnya. Sesuatu yang sangat berharga tentunya dan Namjoon sendiri tak dapat mengendalikan isi hati yang mulai kembali membara. Rasa cintanya lebih besar dari apapun di dunia dan Namjoon sudah bersumpah untuk menjaga Seokjin dengan segenap tenaga, hati dan pikirannya.

Meski kini dia harus meredupkan optimisme dalam otaknya karena 'hilang'nya sang penguasa hati. Tidak ada tapi-tapi yang ada hanya cari dan cari. Dia harus mencari secepat mungkin, sebelum terlambat dan kembali terulang kisah kelam yang lama terpendam. Rasa sakit yang sudah lama tertinggal tak ingin dia rasakan pahitnya lagi, karena Namjoon yakin dia takkan baik-baik saja setelah kehilangan untuk ketiga kalinya, tidak akan dan 'tidak mungkin'.

Bagaimanapun juga Namjoon akan selalu memasang badan sebagai tameng untuk sang tercinta, walau kini harus kembali gagal menjadi yang terdepan dalam menghadapi lawan. Hanya ada sebuah harapan yang ada dalam pikirannya, semoga Seokjin baik-baik saja tanpa satupun luka meski Namjoon pun tahu tidaklah mungkin sang musuh membawa Seokjin jika tidak untuk disiksa. Tapi biarkan sekali ini Namjoon kembali berharap pada sesuatu yang mustahil bila dipikir nalar.

Sudah 5 hari ini, Seokjin juga belum ditemukan karena markas jaehwan yang dulunya berada di serambi kanan hutan menjadi serambi kiri bahkan di ujung hutan sangat pelosok dan mendekati wilayah klan vampire. Sudah Namjoon duga, jaehwan pasti meninggalkan jejaknya agar Namjoon kembali mengikuti ke markas baru nya. Dan ini semakin mengulurkan waktu untuk menyelamatkan Seokjin, ditambah pasukan manusia yang Chanyeol kirim bersamanya membuatnya semakin lama dalam berjalan karena mereka tak secepat werewolf.

Namjoon mengusak surai nya kasar. Dia mengantuk, dia ingin tidur, dia ingin makan, yang pasti dia lelah. 8 hari telah dilewati, tetapi Seokjin belum juga kembali dalam dekapan. Namjoon rindu, sungguh benar-benar rindu. Dia memutuskan menghentikan perjalanannya di samping sungai, sekedar melepas lelah dan penat di dada juga melepas dahaga yang meronta.

Perlahan Mingyu mendekati nya, putranya itu tetap membanggakan dalam konteks apapun. Entah apa yang Namjoon perbuat hingga memiliki Mingyu yang sempurna tanpa celah, hanya kecerobohan nya yang menurun pada kedua putranya tidak dapat dicegah bagaimana pun juga. Namjoon hanya menunggu Mingyu sampai di dekatnya sembari membersihkan wajah dengan air sungai.

"Ayah," panggil Mingyu pelan setelah berjongkok disamping Namjoon.

Namjoon mendudukkan diri dan memasukkan kakinya kedalam air, matanya menunjukkan gurat lelah. Dia tersenyum kecil menatap Mingyu, "Ya?"

Mengikuti apa yang Namjoon lakukan, Mingyu mendudukkan diri juga dan memainkan gelang pemberian Wonwoo —Mate Mingyu— seraya berdehem pelan sebelum melihat kembali wajah ayahnya yang kelelahan, "Apa ayah bahagia?"

"Tentu," tanpa berpikir panjang Namjoon menjawab pertanyaan putranya. Badannya yang sedikit membungkuk memudahkannya meraih tangkai bunga teratai yang ada di dekat kakinya. Namjoon menyerahkan bunganya pada Mingyu yang hanya diam dan menerima dengan penuh tanda tanya di kepala, "Ayah sangat bahagia memiliki ibumu. Sangatlah bahagia, tapi sekarang ayah sedikit lengah terhadap kebahagiaan ayah sendiri. Ayah kecewa pada diri ayah sendiri karena tak bisa mencegah semua hal buruk ini terjadi."

Alma Gemela [Namjin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang