‹ Chapter 3 : Is This The Name Of Love? ›

8.1K 870 135
                                    

Seokjin menoleh mencari ke asal suara yang memanggilnya. Dia dapat mengenali suara yang memanggilnya, suara adik satu-satunya. Jungkook nya. Seokjin bangun dari duduknya dan berlari melewati batas hutan tanpa menghiraukan peringatan yang Chanyeol berikan kapan hari, dia mengikuti feeling nya untuk segera menolong adiknya yang berteriak meminta pertolongan nya.

Seokjin berhenti berlari, mencoba mendeteksi dimana suara adiknya berasal. Namun nihil, suara Jungkook sudah hilang tertiup angin di hutan, lenyap terbawa kabut rimba. Seokjin kalut, matanya tak henti meneteskan air mata dan Seokjin mulai takut jika Jungkook sedang dalam bahaya, Seokjin takut Jungkook mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami Jimin, juga Seokjin takut Jungkook meninggalkannya.

Terdengar gesekan antara dedaunan disekitarnya, dan Seokjin menegakkan tubuhnya waspada. Matanya melirik kesegala arah mencari darimana asal suara itu. Dari belakang badannya, seseorang memeluk tubuhnya. Seokjin berusaha tenang dan berbalik perlahan untuk melihat siapakah gerangan yang memeluknya. Seperti dejavu, Seokjin melihat seorang yang dia cari selama ini berada di depannya dengan wajah memerah habis menangis. Tak ada yang berubah dari orang itu, dan Seokjin dapat dengan mudah mengenali siapa pria di depannya. Ya, pria.

"Jiminie? Kau kah itu?" Dengan tak percaya, Seokjin meraba seluruh wajah Jimin. Meniti sedetail mungkin wajah adiknya yang lama hilang tak ada kabarnya.

"Iya Hyung, ini aku jiminie mu." Jawab Jimin dengan senyum merekah dari bibir tebalnya juga air mata yang masih berderai di pipi berisinya.

"Dimana saja kau selama ini? Kenapa meninggalkanku dalam derita sendiri? Aku merindukanmu Jimin-ah." Tanya Seokjin seraya mengecup pelipis Jimin.

"Jimin, cepat pulang!" Sebuah perintah mutlak yang pastinya bukan Seokjin yang menyuruhnya.

"Namjoon Hyung, sebentar." Ucap Jimin memalingkan wajahnya ke belakang tubuhnya dimana jika Seokjin yang melihat berarti di depan Seokjin.

Orang yang disebut Namjoon menatap Seokjin lama dan memalingkan wajahnya setelah lebih dari lima menit terpaku dalam keheningan, sedangkan Jimin hanya diam menunggu sampai Namjoon bersuara kembali.

"Bawa manusia itu juga ke pack! Dia mate ku." Setelah mengucapkan itu, Namjoon meloncat dari dahan ke dahan sampai hilang tak bersuara.

Seokjin menatap Jimin curiga. Mengapa Jimin bisa sangat akrab dengan orang yang baru saja dipanggil 'Namjoon Hyung', apa jangan-jangan yang menculik Jimin adalah orang tadi? Dan apa tadi yang dia ucapkan? Menyuruh Jimin membawanya ke pack? Tempat apa itu? Sangat aneh.

"Jimin." Panggil Seokjin pada adiknya yang mematung memerhatikan ranting yang dilalui Namjoon dengan tatapan nanar.

Jimin tersentak sekejap dan membalas panggilan Seokjin, "Wae Hyung?" Tanya Jimin.

"Siapa orang itu. Lalu apa maksud ucapannya tadi untuk membawa manusia dengan arah pandang ke arahku? Aku bukan barang yang bisa dibawa-bawa." Ujar Seokjin seraya mencebikkan bibir nya.

"Ah itu, tadi itu Namjoon Hyung, dia juga lebih tua darimu Hyung. Dan soal ucapannya tadi, nanti aku jelaskan setelah sampai tempatnya. Apa kau mau ikut aku Hyung?"

"Ya aku mau, tapi tadi aku mendengar suara Jungkook berteriak memanggil ku, bagaimana ini?"

"Jungkook?" Tanya Jimin.

"Ya, dia adikku. Kau belum sempat melihatnya karena kau menghilang dan sebelas bulan kemudian Jungkook lahir." Jawab Seokjin tanpa menghilangkan raut khawatir nya.

"Ah, tadi aku melihat Taehyung membawa seorang pemuda setelah beberapa saat setelah mereka berkenalan. Oh iya, bagaimana kabar imo dan samchon disana Hyung. Apa mereka sehat?"

Alma Gemela [Namjin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang