‹ Chapter 14 : hunch ›

3.9K 395 26
                                    

Malam dengan bulan sabit dan taburan bintang terlihat sangat indah. Panorama alam ciptaan sang pencipta memang tidak diragukan keindahannya. Seperti saat ini, Seokjin sedang menikmati pemandangan indah yang disuguhkan padanya. Beberapa menit lagi dia akan dipanggil untuk turun dan menghadiri perayaan kehamilannya, lalu akan ada ritual agar jabang bayinya tetap dilindungi yang kuasa.

Seokjin sudah siap, dirinya menggunakan pakaian yang sama seperti pesta sebelumnya. Hanfu yang kini dia gunakan berwarna hitam dan emas melambangkan kekayaan, kemakmuran, dan kejayaan. Rambutnya yang sudah memanjang terurai dengan hiasan rambut berwarna emas disertai permata hijau yang bertaburan disana. Penampilannya sempurna, bahkan berulang kali anggota pack yang lewat berhenti saat melihatnya.

Malam seperti ini mengingatkan Seokjin pada ayahnya. Entah bagaimana kabarnya, yang pasti Seokjin merindukannya meskipun tak ada perkataan halus yang dia dapatkan dahulu kala. Apakah ayahnya sama-sama merindukannya? Atau tidak sama sekali? Atau bahkan ayahnya lupa? Seokjin tak bisa membayangkan lagi. Benar-benar menyakitkan menerima ini semua, dia ingin menangis. Tetapi Seokjin harus ingat, jika dirinya menangis bukan hanya Jungkook yang ikut khawatir. Semuanya akan menghawatirkan nya.

Namun semuanya telah terlambat, semuanya terjadi begitu cepat. Tidak kentara dan langsung menariknya, mau tidak mau. Terlambat untuk menangis, sudah terlambat. Dia terlambat untuk menyesal, Seokjin terlambat untuk menghentikan ayahnya melakukan hal buruk dalam dunia malam hingga bertemu seseorang yang bisa memberikan kekayaan untuk ayahnya dan mampu untuk membelinya juga adik kecilnya yang tak berdosa.

Ingin sekali Seokjin merasakan kehidupan seperti keluarga pada umumnya. Memiliki ibu yang siap memasakkan makanan juga perhatian, memiliki ayah yang menemaninya bermain dan berkerja untuk menghidupi keluarga, tapi tidak ada, semuanya berbeda. Keluarganya berbeda, bukan seperti keluarga orang lain yang harmonis dan penuh cinta. Keluarganya suram penuh kebencian dan dendam yang mendalam dari ayahnya sendiri, ayah kandungnya.

"Hyung? Kau melamun?"

Seokjin memalingkan wajahnya, menemukan Jimin berada disampingnya dengan tangan yang berada di bahunya. Jimin tadi menggoyangkan bahunya mungkin benar dia telah melamun tapi entah apa yang dipikirkannya, Seokjin tidak tahu.

Tersenyum menenangkan, Seokjin menggeleng, "Tidak jimin-ah. Hyung tidak melamun. Ayo! Sudah siap semua kan?" Pertanyaan Seokjin diangguki Jimin lalu membimbing sang kakak yang sedikit kesulitan berjalan karena ikatan kain yang ada di perutnya terasa sangat erat dan sesak.

Jimin memamerkan senyumnya ketika menuruni undakan anak tangga. Melihat satu persatu orang yang berdiri dibawah sana. Dia mengenakan hanfu berwarna putih dan emas dengan hiasan rambut perak bertabur berlian kuning disana. Rambutnya sedikit dikepang dan sisanya dibiarkan terurai. Dalam pengelihatan Yoongi, Jimin sangat cantik malam ini. Benar-benar dua orang berparas menawan bak peri turun dari khayangan berjalan bersama menghipnotis semuanya.

Angin berhembus, membuat pakaian Seokjin dan Jimin melambai dengan riangnya, menambah kesan indah pada mereka. Setelah menapaki anak tangga terakhir, Seokjin disambut uluran tangan Namjoon menggantikan Jimin untuk membimbingnya berjalan diatas bunga-bunga yang bertaburan dibawahnya. Menjalar jauh sampai ke tempat diadakannya pesta, Namjoon terkekeh dikala Seokjin menggerutu betapa sesaknya ikatan yang ada di perutnya. Dia mengecup singkat pelipis sang ibu dari anak nya.

Dilain sisi, seseorang mengintai dalam keramaian ditemani beberapa temannya. Salah satu diantara mereka mengangguk memberikan kode untuk segera keluar seraya berbisik pada teman-teman nya.

"Cepat, kita harus memberitahu situasi kepada tuan."

.
.
.

Meringis pelan kala dirasa kaki nya pegal, Seokjin mengernyit dengan pandangan memindai sekitar, "Sejak kapan werewolf guard yang ada disini semakin banyak?" Pertanyaan Seokjin membuat Namjoon yang ada disisinya ikut memandangi setiap sudut yang memiliki penjagaan khusus, apalagi di dekat Seokjin. Dia memfokuskan pada pijakan kaki sang istri terlebih dahulu karena mereka akan menaiki tangga yang terbuat dari batu dan itu lumayan membuat Namjoon khawatir sebab batu yang menjadi tangga memiliki tekstur yang kasar, kadangkala berlumut dan sangat licin. Itu membuat Namjoon khawatir.

Alma Gemela [Namjin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang