‹ Chapter 10 : Pain ›

4.8K 483 65
                                    

Malam ini terasa sangat lama bagi Namjoon untuk mencapai mansion kebesaran Chanyeol. Entah mengapa perjalanannya penuh dengan rintangan, dan Namjoon benar-benar kalut saat ini. Istrinya adalah manusia dan jika Seokjin terluka Seokjin tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri sepertinya yang memiliki sistem regenerasi yang baik.

Namjoon bersiap untuk berteriak saat melihat mansion Chanyeol dekat di depan matanya, "Percepat langkah kalian. Menyebar ke segala penjuru mansion dan serang bersamaan!"

Namjoon yang menunggangi kuda semakin menghentakkan tali yang dipegangnya pada kuda yang ditungganginya agar semakin mempercepat laju larinya. Pikirannya tak karuan memikirkan Seokjin yang menghilang. Dia harap Seokjin tidak terluka dan bisa dia bawa pulang secepatnya.

Menerobos dengan sangat tidak sopan, Namjoon menendang pagar yang menjadi batas hutan dengan pekarangan mansion Chanyeol hingga jatuh. Pasukannya sudah menyegel mansion dari segala penjuru dan menyerang bersamaan.

Nampak Chanyeol yang kebingungan saat Namjoon masuk melalui pintu belakang mansion masih dengan menaiki kudanya. Sudah sangat lama Chanyeol menjadi musuh Namjoon semenjak ibunya tiada dan juga Chanyeol yang ternyata jiwa lain ayahnya, Namjoon sangat kecewa mengapa Chanyeol membiarkan ibunya meregang nyawa karena dipersembahkan kepada musuh mereka.

Chanyeol itu tak punya hati, Namjoon sangat muak melihatnya. Jika bukan karena dia adalah jiwa lain ayahnya maka Namjoon sudah memusnahkannya didetik yang sama saat ibunya tiada dengan leher yang hampir putus di hadapannya. Perasaan Namjoon campur aduk ketika menatap wajah Chanyeol yang seolah tak tahu apapun itu. Ingin sekali menendangnya hingga hancur, mungkin itu lebih baik dilihat.

Namjoon melompat turun dari kuda hitam miliknya, "Dimana mate ku?!" Namjoon maju selangkah demi selangkah mendekati Chanyeol yang berdiri dekat sofa merahnya.

"Aku tak tahu siapa mate mu. Mengapa kau bertanya padaku hah?!" Chanyeol meninggikan suaranya sedikit berteriak ketika werewolf guard Namjoon mulai menjelajahi ruangan yang ada di dalam mansion nya.

Nafas Namjoon memburu, tangannya meraih pedangnya yang masih berada di sisi tubuhnya. Masih belum ingin mengeluarkan senjata yang selalu dibawanya ketika perang, "Tidak mungkin kau belum mengenal siapa mate ku. Bahkan kau sudah menaruh hati terlebih padanya."

Terkesiap, Chanyeol tidak menyangka jika Seokjin adalah mate dari Namjoon. Chanyeol pikir Seokjin dan Jungkook telah mati menjadi santapan binatang menjijikkan yang ada di hutan sehingga dia tak berniat mencari mereka. Rupanya mereka berdua masih hidup dan menjadi bagian yang dilindungi pack werewolf terbesar yang di pimpin Ahn Haejoon dulunya.

Chanyeol tak mengelak saat Namjoon berbicara demikian karena memang dialah orang yang dulu membantu Seokjin membawa ibunya kerumah sakit saat melahirkan Jungkook, dari dulu sekali Chanyeol sudah menaruh hati lebih pada Seokjin demi parasnya yang menawan dan hatinya lembut bagai sutra. Chanyeol rela melakukan apapun untuk mendapatkan Seokjin yang dicinta.

Sedikit mengerutkan keningnya, Chanyeol mulai kebingungan, "Lalu apa hubungannya dengan ku? Kenapa kau mencari mate mu disini?"

"Jangan pura-pura tidak tahu. Aku tahu kau yang menculik Seokjin. Jangan mencoba mengelak dariku." Namjoon berucap tak sabar mendengar pertanyaan dari manusia yang berada di depannya.

Chanyeol mengambil satu langkah mendekati Namjoon, "Apa maksud mu? Seokjin diculik olehku? Aku bahkan tak mengetahui jika dia adalah pasanganmu. Jangan mencarinya disini kau takkan menemukan di ujung kamar mandi sekalipun."

Berdecak dan menghembuskan nafas kasar, Namjoon mulai merasakan badannya sakit tiba-tiba, "Mengaku lah! Aku tak tau ternyata dirimu sangatlah pengecut."

Alma Gemela [Namjin] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang