26. Singkat.

961 78 3
                                    

Pukul sebelas lewat lima belas menit.

Jimin—pria bermarga Park—masih semangat menceritakan kejadian beberapa hari lalu. Di mana hujan lebat menjadi faktor utama saat dirinya menggelinding dari tiga anak tangga. Cukup beruntung karena tidak ada tulang yang patah hanya sedikit lecet di pergelangan kaki.

Min Yoongi diam mendengarkan. Tidak ingin menukas. Sekilas raut wajahnya diselimuti khawatir.

"Tenang saja. Aku ini jagoan." Jimin menambahkan setelah menyadari perubahan ekspresi Yoongi.

"Ya. Aku tahu. Bahkan kuharap aku bisa sepertimu."

Ingin bertanya, tapi Jimin urungkan saat Yoongi menariknya. Membuat mereka berbaring di ranjang sambil berpelukan. Tidak ada pembicaraan lagi. Malam sudah memasuki waktu larut. Memasang posisi nyaman untuk terlelap di bunga mimpi masing-masing.

Seharusnya itu tidak dilakukan.

Jimin menyesal dengan separuh dunianya yang mulai lebur. Harapan kosong menjelma seakan malam itu bisa berputar lagi. Pagi selanjutnya berbeda dari kemarin. Ia hanya terbangun sendiri.

Tidak dengan Yoongi.

Kedua matanya masih terpejam rapat. Sedikit senyum tinggal di bibir. Pucat pasi. Mengingat gumpalan sakit mengikis kesehatannya dan detik-detik malam nyatanya menjadi percakapan terakhir mereka.

About Us [MINYOON] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang