28. Marah.

976 83 6
                                    

Semua berjalan seperti biasa. Bahkan kemarin malam kencanku dengan Jimin sesuai rencana. Menghabiskan larut malam hingga pagi menjelang. Seberapa sering kami bersama memoroti waktu, tetap saja rasanya tidak cukup.

Harusnya begitu. Namun, pada suatu hari -dilandasi embel-embel kecemburuan seorang kekasih-Jimin mengabaikanku. Total dua hari. Pesan maupun panggilan telepon dariku sengaja tidak jawab. Lucunya, pria itu tiba-tiba saja datang ke apartemen kecil milikku sambil menjinjing kantung plastik hitam. Menyodorkan di depan mukaku.

Detik selanjutnya aku hampir terkejut setengah mati, begitu tanganku sendiri mengeluarkan benda di dalam plastik tersebut. Seonggok kepala manusia jatuh dan menggelinding ke sudut ruangan. Bau amis. Genangan darah. Cukup menambahkan ramainya ruang tamuku kala itu.

"Kamu suka wanita ini, 'kan? Makanya kubawa dia ke sini."

Jimin berujar tenang dengan raut datar yang menyebalkan. Aku menatapnya sendu. Lalu beralih pada leher wanita yang terpisah dari tubuhnya. Terlihat sehabis dikoyak paksa. Menjijikkan.

Kemudian sembari menghapus hening yang merayap, aku melontarkan tawa keras-keras. Perutku mengejang kaku sebab terlalu semangat. Sedikit air mata ada di sudut kelopak. Membalas tatapan Jimin, aku mendekat, mengusap pipinya.

"Jangan cemburu. Aku cuman suka kamu, bukan siapa pun."

About Us [MINYOON] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang