46. Tebakan Buah Manggis

335 32 2
                                    


MINYOONMIN version
Blurry content

***

Ini masih terlalu sore untuk pulang ke rumah, Yoongi membatin di penghujung langit pekat menuju larut. Beberapa alasan membuatnya enggan kembali, tetapi mengingat dirinya sebagai manusia yang membutuhkan kasur sekadar meluruskan punggung, ia pun mau tidak mau tetap beranjak. Keluar dari gang sempit nan kumuh setelah transaksi, Yoongi memperhatikan sekitar sambil merapatkan jaket miliknya. Malam ini terasa lebih dingin dari sebelumnya sampai ia berpikir ingin segera berada di dalam kamar.

Sekian detik mendongak karena penasaran berapa banyak kerlip bintang yang akan dilihat, Yoongi tidak sempat menghindari kerikil. Tubuhnya oleng dan hampir saja terjungkal kalau kaki kanannya tidak bekerja ekstra demi menyeimbangkan langkah. Mujur dan sial secara bersamaan. Yoongi lupa jika ia mengalami kejadian buruk dua hari yang lalu; terjatuh di anak tangga terakhir ketika menghindari kejaran polisi. Kini, ia kembali merasakan ngilu yang menjalar di persendian.

Pemuda bermarga Min tersebut lantas mendekati deretan ruko sambil berjingkat-jingkat. Tidak ingin memaksakan berjalan, di sana ia memilih duduk di pelataran. Bisa saja Yoongi menghentikan taksi yang melintas, tetapi lembaran uang di kantungnya akan lebih berguna untuk membayar beberapa keperluan hidupnya ke depan.

"Kau sendirian?"

Menoleh ke sumber suara, Yoongi mendapati seseorang yang membuat ia terdiam. Ia yakin bahwa itu seorang pria meskipun presensi tersebut mengukir alisnya sedemikian lancip, bibir yang dipoles pewarna mencolok, sandal berumbai-umbai merah muda sebagai alas kaki, dan jangan lupakan bagaimana pakaian ketat yang membalut tubuh ringkih di balik mantel tebalnya. "Tidak juga. Aku bersama Samantha dan Rachel," celetuk Yoongi asal. Ia memalingkan muka, menahan diri untuk mengomentari penampilan seseorang entah itu wanita atau pria sekalipun.

Pria itu sontak terkejut, tetapi tetap mendekat sambil melepas mantelnya sebelum ikut duduk di sebelah Yoongi. Ia bertanya penasaran, "Apa kau bisa melihat hantu?"

Mengenai celetukan barusan sebenarnya hanya iseng dan bukan merujuk ke arah siapa, melainkan apa. Alih-alih menjawab, Yoongi melirik penuh penilaian. Suara si pria menjadikannya kesulitan fokus karena terlalu dipaksakan seolah berharap ingin terdengar persis perempuan.

Menebak jika lawan bicara tidak ingin membahas pertanyaannya lebih lanjut, jemari lentik pria itu langsung menyodorkan sekaleng minuman yang dibawanya sedari tadi. Yoongi memandang curiga dan ia melanjutkan, "Ambil, aku tidak memasukkan racun atau semacamnya." Kemudian ia menunjuk salah satu ruko tak jauh dari tempatnya duduk. "Kau lihat bangunan bercat putih di sana? Itu salon kecantikan milikku."

Yoongi mengikuti arah pandang si pria dan beralih pada kaleng minuman yang masih disodorkan untuknya. Menepis rasa ragu apalagi kerongkongannya tergoda minta disegarkan, ia lantas mengambilnya.

"Aku sudah memperhatikanmu. Sedari kau hampir tersandung lalu berjengket kemari karena sesuatu yang salah pada kakimu barangkali." Tatkala Yoongi hendak menyemburkan balasan, pria tersebut terburu-buru mendahului. "Jangan berpikir aku penguntit. Posisiku sedang mengunci pintu salon di mana aku berniat pulang dan, ya ... tidak sengaja melihatmu."

"Jadi ini bentuk rasa simpatimu?" Yoongi membuka segel minumannya dan meneguk hingga habis setengah. Ia benar-benar haus.

"Ya, apa pun itu artinya." Pria tersebut mengedik abai. Sekilas ada sekelumit khawatir di raut wajahnya.

Yoongi berdeham. Satu pertanyaan melesat di kepala. Ia ingin tahu akan satu hal. "Aku harus memanggilmu apa?"

"Jimin."

"Nama asli?"

"Tentu saja nama asli. Kau berharap aku mengenalkan diri sebagai Jessica, begitu?"

Kali ini Yoongi tidak bisa untuk tidak tertawa. Ia tergelak pelan, sesekali menggerakkan sendi kakinya yang nyeri selagi berselonjor. Tampaknya ia butuh waktu istirahat lebih banyak agar kakinya bisa digunakan saat berjalan.

Menggulung mantelnya dan diletakkan di pangkuan agar dapat dipeluk, Jimin menatap khawatir Yoongi dari samping. Pemuda itu sepertinya menyukai sesuatu yang gelap jika dilihat dari penampilannya; hoodie hitam kebesaran, celana jin lusuh, dan sepatu bertali yang berwarna serupa. "Kalau kau butuh bantuan, aku bisa mengantarmu pulang."

Mempertemukan tatapan mereka, Yoongi memperingati, "Simpan rasa kasihanmu terhadap seseorang yang baru kau temui. Terlebih kau akan menyesal jika lakukan itu kepadaku."

Jimin merengut tidak terima. Sembari menyelipkan anak rambut ke telinga, ia cemberut sedih sebab kepeduliannya diabaikan. "Apa kau semacam anak nakal yang gemar mengedarkan ganja? Atau kau sedang dalam pengawasan pihak berwajib, huh?"

Yoongi tertawa lagi. Ucapan Jimin berhasil menggelitik perutnya. "Ya, memang." Sekian detik terlewat ia membiarkan lawan bicaranya mematung tak berkedip. "Jika butuh morfin atau semacam lysergic acid, aku bisa memberikanmu sesuai dengan uang yang kau punya."

About Us [MINYOON] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang