35. Manik Kembar.

457 63 3
                                    

Kejadian semalam tampaknya masih segar dalam ingatan masyarakat. Mengenai entitas asing yang terbangun kala malam datang dan menjagal siapa saja yang disergap keheningan. Jelas, hal itu menjadi buah bibir.

Kendati demikian, apa yang terjadi masih diiringi tanda tanya besar. Kekejaman nyata bak tidak bertuan perlahan mengikis nyali para penduduk. Menerka-nerka dalang utama, sebuah tujuan, bahkan ada pula yang menyebutkan konspirasi ikut di dalamnya.

Seorang reserse sempat memperhatikan sekitarnya. Persis seperti kamar sederhana pada umumnya; tidak memiliki banyak barang dan ukuran ruangan yang kecil. Ia melirik pada persensi kaku di atas ranjang, seorang pria yang membatu dengan mulut terkunci, bola matanya diselimuti teror absolut, ekspresi pilu bersamaan wajah yang pias menambah kesan menyedihkan.

"Halo, Min Yoongi?"

Sapaan bernada ramah. Jimin menaikkan sudut-sudut bibirnya sekalipun tidak mendapat balasan. Ia menambahkan, "Aku tahu kejadian semalam pasti mengerikan. Tapi, bisa kau ceritakan lagi apa kau lihat?"

Jimin menempatkan dirinya duduk di sisi ranjang. Memandangi raut muka layu tanpa minat menjawab pertanyaan. Tepercik rasa malas, Jimin mendengkus sekilas. Maka setelahnya, ia sengaja melemparkan sekeping umpan. "Tenang saja, kami akan menemukan makhluk itu selama kau membantu dalam proses penyelidikan."

Seolah merasakan sejumput harapan baru saja ditawarkan, Yoongi mengerjap lambat. Kedua alisnya menukik dengan dagu sedikit terangkat. Pahit masih bercokol pada dada membuatnya tercekat ketika teringat jeritan ngilu kala petang.

"I-ibuku ... monster itu m-membawa ibuku."

"Bisa kau sebutkan seperti apa makhluk yang kau lihat?"

Di tengah kesulitan menahan gemetar di sekujur tubuh, Yoongi mengangguk yakin. Irisnya kehilangan cahaya dan tampak kelam. "Tingginya hampir d-dua puluh kaki, memiliki empat lengan b-bercakar besar, kepalanya separuh ular, pergerakannya s-sangat cepat ...."

Yoongi menarik napas terburu-buru. Pelipisnya mendadak berdenyut. Kejadian gila tersebut berhasil mengguncang nalarnya. Apa yang ramai dibicarakan bukan selentingan rumor, tetapi benar-benar nyata.

Kehangatan tiba-tiba melingkupi tangan kanan Yoongi. Sejenak ia menoleh dan mendapati tangannya digenggaman erat. Cukup menenangkan. Setidaknya hanya bertahan beberapa saat karena begitu netranya bertemu dengan obsidian sang lawan bicara, Yoongi membeku dalam sepersekon detik. Ia tidak berpaling sedikit pun selagi berusaha menyelami kejanggalan yang baru tersadari.

"M-matanya ... seperti milikmu."

Jimin tertegun. Bungkam seribu bahasa. Ia menatap Yoongi lekat-lekat tanpa berkedip. Namun alih-alih kebingungan, sedetik kemudian Jimin menyungging seringai. Kalimat selanjutnya disisipi kengerian.

"Kau pengamat yang baik, Min Yoongi."

About Us [MINYOON] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang