22 MAKSUD

1.2K 325 50
                                    

Seharusnya, Ariesa Chantrea terbangun di ranjang tidur warna merah muda yang menjadi ciri khas sahabat baiknya, Rubi. Pagi ini, Trea terkejut sendiri saat dia terbangun di kamar lain dengan aroma yang cukup dikenalinya.

Mint.

Orang terdekat Trea yang memiliki ciri khas wangi Mint pada tubuhnya hanya ada satu. Siapa lagi jila bukan Kaspia Ezra Danuarta dan pagi ini, Trea tidak terkejut mendapati sosok penyuka wangi Mint itu menjadi sosok pertama yang dilihatnya ketika membuka mata.

What a tiring night.

Semalaman, Trea dan Ezra bersama. Mulai dari sarapan di larut malam, dilanjutkan dengan berkeliling kota Jakarta sebelum akhirnya kembali ke apartemen pukul empat dini hari. Itu berarti baru empat jam Trea tertidur, bersama Ezra, di kamar pemuda itu.

Trea bangkit dari posisi berbaringnya, duduk di tepi ranjang menatap Ezra yang tertidur dengan posisi tubuh miring menghadapnya. Tanpa sadar, Trea tersenyum. Duh, siapa pun yang menjadi istri Ezra kelak, pasti menjadi salah satu wanita paling beruntung di dunia karena akan menyaksikan pemandangan seindah ini tiap pagi. Sungguh, Ezra masih tertidur pulas dan aura tampannya sudah terpancar. Jika sudah menikah dan hamil nanti, Trea akan bertanya lebih lanjut ke Cindi, apa saja yang dia lakukan dan dia makan sehingga mempunyai anak seperti Ezra.

Lima belas menit waktu yang Trea butuhkan untuk mengagumi ketampanan Ezra sebelum bangkti dari ranjang dan melangkah meninggalkan kamar. Trea melangkah kembali ke kamarnya, mencuci wajah dan mengikat rambutnya ke belakang. Gadis itu melangkah menuju dapur. Dia membuka lemari pendingin dan mengeluarkan dua butir telur. Trea menggorengnya dan meletakkan telur itu di atas roti tawar yang juga sudah dia siapkan.

Tak lupa, Trea juga menuangkan susu ke dua gelas yang sudah dia siapkan di atas meja makan. Trea makan terlebih dahulu dengan hening, pikirannya melayang entah ke mana sampai akhirnya, sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Tumben bangun lebih pagi."

Trea menoleh dan nyengir kepada pemuda tampan yang dipandanginya saat bangun tidur tadi. Ezra melangkah mendekat, menarik kursi di hadapan Trea dan mengambil piring berisikan roti dan telur mata sapi buatan Trea, memakannya begitu saja. Trea menatapnya.

"Gue mau jemput Mami di stasiun Gambir jam sebelas nanti. Mau ikut?" Ezra bertanya tiba-tiba.

Mata Trea berbinar, tanpa berkata apa-apa, gadis itu mengangguk antusias.

"Jam sepuluh, ya, berangkat? Lo mandi dulu sana kalau udah selesai makan."

"Siap."

Trea mempercepat laju makannya sebelum tanpa basa-basi melangkah masuk ke dalam kamarnya untuk mandi dan bersiap. Ezra hanya tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Trea.

***

"Loh, kenapa gak minta anter-jemput sama supir aja, Tante? Daripada naik kereta sendiri, mending anter-jemput supir. Gak capek bawa bawaan sebanyak ini."

Trea berkomentar membawa dua paper bag yang kata Cindi adalah oleh-oleh untuknya. Ezra berjalan di belakang mereka, menarik koper besar milik Cindi dan menenteng tiga paper bag lain di tangan yang satunya.

Cindi terkekeh dan menggeleng. "Beda sensasi, Tre, antara naik kereta dan naik mobil."

Langkah mereka bertiga berhenti di halaman parkir stasiun, tepat di dekat mobil Ezra. Ezra meletakkan terlebih dahulu koper dan paper yang dia bawa di aspal sebelum membuka bagasi mobil. Ezra memasukkan koper dan bawaan Cindi lain ke bagasi mobil dan menutupnya, lalu membukakan pintu untuk Cindi di jok penumpang belakang. Trea duduk di samping Ezra yang menyetir.

AcceptanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang