03 PUTUS

2.2K 431 102
                                    

"Sayang? Kamu masih marah sama aku?"

Ariesa Chantrea mengangkat wajah. Mata belo dengan iris kecokelatan miliknya bertemu dengan mata belo senada yang dari dulu menjadi dambaannya. Trea diam sesaat, mencoba mengabadikan momen karena dia tahu, malam ini akan menjadi malam terakhirnya menatap intens mata indah itu. Mata indah milik sang kekasih yang selama enam bulan berpacaran sudah tiga kali kepergok berselingkuh. Ya, semenyebalkan itu Calvin Wibowo, pemuda berusia dua puluh tujuh tahun yang adalah drummer sebuah band Indie, Exotic.

Senyuman dipaksakan muncul di bibir Trea yang terlapiskan lipstick warna merah muda. Gadis itu menyingkirkan piring makannya, menumpu siku di permukaan meja dan menyandarkan dagu pada tangannya. "Enggak, aku gak marah. Mana bisa aku marah sama kamu?"

Calvin nyengir, mengelus dada. "Alhamdulillah. Aku pikir kamu marah dan ngambek lagi. Kan, aku udah minta maaf terus-terusan."

"Mana bisa aku marah, sih, Sayang? Kan, kamu tahu, aku sesayang itu sama kamu sampai semua kesalahan kamu aku maafin. Tuhan aja pemaaf, masa aku yang hamba-Nya gak bisa maafin kamu?"

Calvin lanjut memakan pizza-nya dan mengangguk setuju atas ucapan Trea. "Benar itu, Sayang. Aku khilaf. Kan, aku cuma manusia biasa yang mudah tergoda. Tapi hatiku tetap milik kamu."

"Aku mau putus."

Calvin tercengang seketika mendengar pernyataan Trea. Jangankan Calvin, Trea sendiri bahkan cukup terkejut karena dia berani mengucap kalimat itu sekarang. Calvin berhenti makan dan meletakkan potongan pizzanya kembali. Mata belo-nya memicing. "Kamu ngomong apa, Sayang?"

Trea menggigit bibir bawahnya, gugup. "Aku mau kita putus." Dia menundukkan kepala

"Kamu...gak mabuk, kan? Aku salah dengar, kan?" Calvin memiringkan wajah, mencoba menatap Trea.

Trea memejamkan mata dan menggeleng. Tangannya meremas ujung rok pendek yang dia kenakan. "Aku gak mabuk. Aku serius. Aku mau kita putus." Trea berujar teramat cepat, tapi sukses membuat Calvin terdiam seketika.

Tangan besar Calvin dengan cepat meraih tangan Trea, menggenggamnya erat, mengecup punggungnya berulang kali. "Trea sayang, oke, aku ngaku. Iya, aku jalan sama cewek kemarin waktu ke Yogyakarta. Tapi sumpah, aku gak ngapa-ngapain. Kita cuma jalan bareng dan kamu selalu ada di pikiranku. Dia cuma teman jalan aja."

Trea mengangkat wajah, memicingkan matanya menatap Calvin. "Teman jalan, tapi sampai gandengan? Aku gak buta, Vin. Emang aku cuma satu, tapi mataku ada di mana-mana. Aku udah capek sama semua laporan tentang kamu yang selingkuh dan lain-lain." Trea tersengal-sengal, matanya berair, "Ini hati, bukan squishy yang bisa kamu mainin terus."

Genggaman Calvin bertambah erat. Lagi, dia memberikan kecupan bertubi-tubi pada tangan Trea. "Enggak. Aku gak mau putus dari kamu. Sumpah, Sayang. Aku gak bakal lagi selingkuh. Ini terakhir kali kamu dengar aku selingkuh. Aku janji, gak bakal ngulangin hal ini lagi."

Bibir Trea mengerucut. "Kamu janji mulu, aku capek. Tiap ngelakuin kesalahan. Tapi janjinya gak pernah ditepati."

"Trea, aku sayang banget sama kamu."

Trea menarik tangannya yang digenggam erat oleh Calvin. "Kalau sayang, gak bakal selingkuh, Vin."

Mata Calvin memerah, dia menggelengkan kepala dan Trea lemah melihat mata Calvin yang mulai berair. "Pokoknya, aku gak mau putus. Aku mau sama kamu selamanya. Aku gak mau putus dari kamu, Sayang. Aku gak bisa tanpa kamu."

"Aku gak baik buat kamu. Aku bukan yang terbaik. Aku ngebosenin. Makanya kamu senang selingkuhin aku."

Calvin menggeleng, mencoba meraih tangan Trea, tapi Trea menolak. Calvin mengacak rambutnya, frustasi. "Sayang, enggak. Kamu gak ngebosenin. Aku yang bodoh dan gak tahu malu. Sayang, aku mohon. Jangan putus, oke? Aku mau sama kamu terus. Aku sayang banget sama kamu." Calvin menahan napas dan sungguh, Trea tercengang saat air mata jatuh terlebih dahulu di pipi pemuda itu ketika Trea bahkan masih bisa menahan air matanya, "Trea, aku gak bisa hidup tanpa kamu. Aku sayang banget sama kamu. Please, maafin aku." Suara Calvin terdengar bergetar dan inilah ujian terbesar Trea. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, ingin menangis juga dan memaafkan Calvin, namun tiba-tiba suara ketiga sahabat baiknya terdengar dalam benak Trea. Bentakkan mereka yang terus mengatakan Trea bodoh karena mempertahankan Calvin.

AcceptanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang