Sori gue rada telat. Lo mau nitip sesuatu gak?
Ariesa Chantrea menatap pesan masuk dari Ezra itu dengan satu helaan napas panjang. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam lewat sepuluh menit. Kemarin, Ezra bilang dia akan sampai pukul setengah delapan dan Trea sudah selesai masak sejak pukul tujuh malam. Trea bertanya kepada Mami Cindi, masakan apa yang paling Ezra suka dan mencoba memasak dengan panduan langsung dari Mami Cindi.
Katanya, selain masakan Jepang, Ezra suka sekali dengan Soto Betawi dan Trea sudah mencoba setengah mati memasak masakan yang satu itu. Trea sudah mencicipi sedikit dan rasanya tidak buruk untuk disajikan. Selain Soto Betawi, Trea juga memasak tahu dan tempe, serta mati-matian mengulek sambal terasi yang kata Mami Cindi juga kesukaan Ezra.
Trea beranjak dari meja makan dan memutuskan untuk menghangatkan Soto Betawi tersebut di kompor. Kata Mami juga, segala makanan dengan salah satu bahannya berupa santan merupakan makanan yang mudah basi. Memang, Soto Betawi buatan Trea baru matang pukul tujuh tadi, tapi rasanya pasti tidak seenak saat dia masih hangat.
Gadis itu baru menuangkan kembali Soto Betawi yang dia buat ke dalam panci dan menyalakan kompor, saat sebuah suara membuatnya terlonjak terkejut.
"Lo ngapain?"
Trea menoleh dan memutar bola mata dengan bibir yang mengerucut. "Ngangetin Soto Betawi. Lo kelamaan, sih. Jadi dingin dia." Trea menjawab sekenanya seraya mengaduk Soto Betawi dalam panci tersebut.
Ezra membawa kantung plastik berisikan banyak makanan ringan dan minuman, meletakkanya di atas meja makan. Pemuda itu tersenyum tipis mendapati meja makannya yang terhidangkan makanan dan seperti sudah sangat siap untuk makan malam. Ezra menarik salah satu kursi dan duduk di sana.
"Lo beli atau bikin sendiri, nih, Soto Betawinya? Pasti lo tanya Mami, kan, makanan kesukaan gue?"
Trea terkekeh. "Bikin sendirilah. Kasih review sejujur-jujurnya, ya? Kalau enak, gue mau buka usaha Soto Betawi." Trea mematikan kompor, menuangkan kembali Soto Betawi yang sudah kembali hangat ke mangkuk berukuran cukup besar dan menghidangkan di atas meja makan sebelum menarik kursi yang berhadapan dengan Ezra.
"Lo gak minta gue buat investasi di Soto Betawi lo nanti, kan?"
Trea terkekeh lagi Tangan gadis itu meraih piring di hadapan Ezra, menuangkan nasi ke piring tersebut sambil menjawab, "Enggaklah. Kan, gue lagi nabung juga. Gue mau usaha pakai modal gue sendiri." Trea meletakkan piring yang sudah diisikan nasi di hadapan Ezra, lalu bertopang dagu menatap pemuda tersebut, "Cobain dulu, Zra. Kalau lo udah approve, baru gue ikutan makan."
Ezra memutar bola matanya, meraih sendok dan garpu. "Lo mau ngorbanin gue dulu buat coba masakan lo, gitu? Oke." Ezra terkekeh, menuangkan Soto Betawi di atas nasinya, lalu mencoba dengan gerakan slow motion.
Mata besar Trea menatap Ezra penuh harap, apalagi saat Ezra mulai mengunyah masakannya. "Gimana-gimana? Enak, gak? Please, bilang enak!"
Pemuda bertubuh tegap itu menghabiskan terlebih dahulu masakan yang ada di mulutnya sebelum menatap Trea dengan wajah datar yang membuat Trea menahan napas. Ezra menarik napas, menghelanya perlahan. "Gue kasih nilai tujuh dari sepuluh. Not bad untuk orang yang pertama kali buat Soto Betawi."
Wajah Trea berseri-seri. "Seriusan?"
Ezra mengangguk, mempersiapkan suapan selanjutnya. "Kuahnya harusnya sedikit lebih kental. Coba lo tanya Mami, deh, harus diapain biar lebih kental dikit. Tapi Soto Betawi buatan lo udah approve sih, di lidah gue."
Senyuman Trea merekah, matanya berkaca-kaca seraya mulai menuangkan soto Betawi di piringnya yang sudah terlebih dahulu dia tuangkan nasi. Trea mencoba masakan buatannya sendiri dan tak lama, senyumannya bertambah lebar. Dengan mulut penuh, gadis itu berkata, "Zra, ini masakan terenak yang pernah gue buat, sumpah. Biasanya gue masak keasinan atau gak ada rasa. Tapi ini pas banget. Gue terharu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Acceptance
RomanceLelah terus dikhianati, Trea mengakhiri hubungannya dengan Calvin melalui drama dengan bantuan seseorang yang tak terduga. Awalnya, Trea pikir semua akan berjalan dengan mudah, tapi tanpa diduga, Calvin masih mengejarnya, memaksanya untuk kembali.