"Dokter Ezra! Dok!"
Langkah kaki pemuda dengan tinggi 183 cm itu terhenti begitu mendengar suara tersebut. Dia memutar tubuh dan mendapati seorang dokter muda lain berlari kecil sebelum berhenti di hadapannya. Dokter itu seorang gadis berusia dua puluh delapan tahun yang Ezra kenali sebagai putri dari Direktur Utama di yayasan rumah sakit tempatnya bekerja. Namanya Arianna Magdalena―singkatnya Anna.
Napasnya terengah-engah begitu dia berhenti di hadapan Ezra. Dia mengatur pernapasan sebelum menegakkan tubuh dan tersenyum kepada Ezra yang mengernyitkan dahi. "Halo, apa kabar?"
Ezra tersenyum tipis. "As you see¸Anna. Kenapa harus lari-lari, sih?" Ezra memasukkan satu tangannya ke dalam saku snelinya.
Anna terkekeh. "Belum tentu sempat. Akhir-akhir ini, banyak pasien yang harus aku tangani. Kamu pun sibuk. Gak ada waktu buat ngobrol." Anna beralih berdiri di samping Ezra, membuat Ezra kembali memutar tubuh dan melangkah beriringan dengan Anna, "Papa bilang, akhir-akhir ini dia sering ajak kamu rapat di luar rumah sakit."
"Ah, ya. Begitulah."
"Kayaknya, Papa berharap banyak sama kamu, Zra. Beberapa Direktur, sebentar lagi, kan, memasuki masa pensiun. Meski pun kamu orang baru, kayaknya memang yang punya banyak potensi, ya, kamu, Zra." Anna berujar panjang lebar menoleh menatap Ezra.
Ezra mengernyitkan dahi, tetap menatap lurus ke depan. "Enggak juga, sih. Masih banyak senior di sini yang lebih mampu. Aku yakin, para Direksi juga mempertimbangkan masa bakti yang lain. Atau mungkin, demi kemajuan perusahaan, akan lebih baik jika Direksi berasal dari eksternal, tenaga ahli."
Anna tersenyum tipis dan mengalihkan tatapannya dari Ezra, menatap lurus ke depan. "Gimana soal...tunangan kamu?"
"Gimana apanya?"
Anna sontak terkekeh. "Masih?"
"You know a thing called 'privacy'?"
Bibir Anna mengerucut, dia memukul manja lengan Ezra. "Bercanda elah, Zra."
Ezra terkekeh. "Tahu, kok. Tahu."
"Kamu sibuk gak selesai tugas?"
"Kenapa?"
Anna tersenyum malu-malu. "Mau ajak makan bareng, sih."
"Sori, ya. Gak bisa. Udah buat janji."
Penolakan halus Ezra membuat Anna menganggukkan kepala, berusaha menutupi kekecewaan di raut wajah cantiknya. "Lain kali, ya, Zra?"
"Oke. Atur aja."
Kali ini, senyuman kembali mengembang di bibir yang terpoleskan gincu merah muda milik Anna. Setidaknya, mood Ezra hari ini tidak seburuk biasanya.
✧
"Ya, maksud kamu apa ngomong kayak gitu di media?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Acceptance
RomanceLelah terus dikhianati, Trea mengakhiri hubungannya dengan Calvin melalui drama dengan bantuan seseorang yang tak terduga. Awalnya, Trea pikir semua akan berjalan dengan mudah, tapi tanpa diduga, Calvin masih mengejarnya, memaksanya untuk kembali.