07 MASALAH BESAR

1.5K 390 102
                                    

Hampir tiga jam Ariesa Chantrea menghabiskan waktu bersama Kaspian Ezra Danuarta. Berkeliling kota Jakarta, diiringi musik yang dimainkan melalui saluran radio. Rasanya menyenangkan, meskipun tak banyak kata yang ke luar dari mulut satu sama lain. Hanya sekali dua kali dan sisanya, hanya kesunyian malam yang menemani perjalanan mereka. Bahkan hingga sekarang, Ezra mengendarai mobilnya mengantar Trea menuju ke kostannya.

"Eh, berhenti!"

Sontak, Ezra menekan pedal rem begitu mendengar seruan Trea. Ezra memicingkan mata dan menoleh ke gadis berponi rata yang duduk di sampingnya. Gadis itu menatap lurus ke satu arah, dia menggigit bibir bawah dan tangannya mencengkram erat bagian paha celana panjang yanb dia kenakan. Pemandangan itu membuat Ezra ikut menoleh ke arah pandang Trea dan Ezra mengerti. Tepat beberapa meter di hadapannya, ada seorang pemuda yang tak begitu asing di mata Ezra, berjongkok tepat di depan gerbang yang dapat Ezra simpulkan sebagai gerbang kostan Trea.

"Gue udah minta dia buat jauhin gue, tapi dia maksa minta balikan." Trea menghela napas saat mengatakan hal itu, dia menoleh kepada Ezra, "Gue gak mau ketemu dia. Gue mau balik ke kantor aja, nginap di sana."

Ezra mengangkat satu alis. "Lo gila? Lo mau nginap di kantor? Lo itu cewek, by the way. Lo gak takut sama semua kemungkinan buruk yang bakal terjadi sama lo pas lo nginap di kantor?"

Trea menggeleng cepat, "Enggak. Gue gak takut. Gue lebih takut ketemu sama dia lagi."

Jawaban serta tingkah Trea membuat Ezra mengerti. Ada masalah besar yang ditimbulkan pemuda itu sehingga, membuat gadis ini takut bertemu dengannya. Masalah selama mereka berstatus sebagai pasangan kekasih yang Ezra yakinin, bukan hanya sebatas perselingkuhan berulang kali yang dilakukan pemuda itu.

"Gue gak mau antar lo balik ke kantor." Ezra berujar tegas dan Trea menahan napas.

Trea mengangguk kecil. "Oke, oke. Gak apa-apa. Biar gue turun di sini dan cari taksi balik ke kantor." Tangan Trea hendak membuka pintu mobil, namun Ezra menahannya dan menatap Trea tajam.

"Lo ada masalah apa, sih, sama mantan lo itu? Lo bahayain diri lo sendiri kalau mau cari taksi di pukul satu dini hari ini dan nginap di kantor!" Baiklah, mungkin terdengar keterlaluan, tapi Ezra benar-benar membentak gadis yang baru dikenalnya ini, membuat Trea menahan napas dan tak mampu berkata apa-apa lagi. Ezra memejamkan mata sekilas, mencoba mengontrol emosinya, "Sori. Gak maksud kasar, tapi gue gak suka lihat ada orang yang bahayain dirinya sendiri cuma karena menghindari orang gak penting. Kalau lo mau, gue bakal bantu lo hadapin dia."

Trea menggigit bibir bawah, matanya mulai berkaca-kaca. Tangannya dia satukan di pangkuan. "Gue harus gimana ngehadapin dia? Gue...gue takut. Banget."

Sebuah ketukan kencang terdengar, membuat Trea memejamkan mata dan menundukkan kepala. Tangannya dia gunakan untuk menutupi kedua telinga. Ezra menatap ke sumber suara, pemuda yang ditakuti oleh Trea berada di luar sana, mengetuk kaca mobil Ezra yang berada di dekat Trea dengan membabi buta. Ezra menggertakkan gigi. Benci situasi seperti ini.

"Lo tunggu di sini, gue yang hadapin dia."

Ezra bersiap membuka pintu mobil, hendak menghadapi mantan Trea tersebut, namun sebuah tangan menahannya. Begitu Ezra menoleh, Trea menatapnya dengan tatapan memelas, "Gak usah di hadapin. Kita pergi aja. Gue takut." Trea kembali memejamkan mata saat ketukan Calvin semakin keras.

Tangan Ezra perlahan menyingkirkan tangan Trea yang menahan lengannya. Matanya masih menatap tajam Calvin di luar sana. "Lo tunggu di sini. Biar gue ajak ngobrol dia."

"Zra!"

Trea menahan napas tak percaya saat Ezra benar-benar ke luar dari mobil, menghampiri Calvin yang kini tak lagi mengetuk kaca mobil. Trea menoleh, menatap takut ke arah kirinya. Di sana, Ezra tampak mengajak berbicara Calvin. Ezra terlihat sangat tenang ketika Calvin sesekali mengekspresikan diri dengan tangan dan pergerakan kakinya. Trea buru-buru menunduk saat tatapan Calvin terarah padanya, Trea menunggu beberapa saat dan begitu dia kembali mendongak, didapatinya Calvin dan Ezra yang melanjutkan percakapan.

AcceptanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang