Gue gak terima lo milih cowok itu daripada gue.
Ariesa Chantrea menghela napas membaca pesan masuk dari seseorang yang baru semalam dia temui, sang mantan pacar. Ya, pesan itu berasal dari Calvin Wibowo sejak tiga jam yang lalu. Dugaan Trea, pasti Calvin mabuk semalam dan baru pulang dini hari. Calvin mengirim pesan kepada Trea dalam keadaan mabuk. Trea sangat yakin akan hal itu.
Lamunan Trea teralihkan saat ponselnya berdering dan nama Rosie tertera di sana. Trea memejamkan mata belo-nya sekilas. Diangkatnya panggilan masuk dari Rosie.
"Trea, lo gak apa-apa, kan?"
Suara imut Rosie menyapa gendang telinga Trea, membuat gadis itu akhirnya tersenyum sejak bangun pukul enam pagi, tiga puluh menit lalu. "Gak apa-apa, Ros. Oh, iya. Sori, lupa ngehubungin. Semalam, gue sukses. Sekarang, gue single."
"Tre, lo serius gak apa-apa?" Rosie mengulangi pertanyaannya dan entah kenapa Trea menundukkan kepala.
Sungguh, Trea tak menyangka dia benar-benar tak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh. Dia hancur, sangat hancur. Semalaman dia menangisi hubungannya yang dia akhiri. Semalaman dia merasa buruk. Semalaman dia merasa tak ingin lagi berada di dunia. Trea tak menyangka, semua akan seberat ini saat menyadari dia harus meninggalkan pemuda yang sudah beberapa saat dikencaninya. Memang tak lama, tapi Trea tak pernah main-main saat dia menjalin hubungan. Pasti dia yang akan paling tersakiti.
"Tre? Lo masih di sana, kan? Masih hidup, kan?" Suara Rosie kembali terdengar.
Buru-buru Trea menyeka air matanya dan mencoba menormalkan diri, hanya perlu menjadi Trea yang biasa. "Gue gak apa-apa, Ros. Masih hidup. Tenang aja." Trea terkekeh meskipun, air mata mendesak untuk kembali jatuh.
"Lo ambil cuti hari ini?"
Trea mendongak, mengedip-kedipkan mata berharap tak lagi berair sebelum menjawab pertanyaan Rosie, "Iya, Ros. Mau cari pencerahan sekaligus cari jodoh. Siapa tahu ketemu."
"Sori, gue, Rubi sama Sakura gak bisa nemuin lo sekarang. Tapi pulang kantor, kita usahain buat ke kostan lo. Kita buat pesta ngerayain status single lo."
Lagi, Trea menyeka air mata yang berhasil jatuh di pipinya. "Oke, Ros. Jangan lupa bawa makanan yang banyak. Persediaan makanan di kulkas gue habis."
"Ya, udah, Tre. Nanti kita bawa makanan banyak. Lo pergunain waktu cuti lo dengan baik, oke? Jangan macem-macem. Inget, Tre. Lo itu cewek baik, jodoh lo kelak pasti juga cowok baik. Si Calvin sialan itu bukan cowok baik buat lo. Paham?"
Trea mengerjapkan mata, menggigit bibir bawahnya. "Paham, Ros. Makasih banyak, ya."
"Yang sabar, ya, Trea. Kita sayang sama lo. Kita selalu mau yang terbaik buat lo."
"Iya, Rosie. Gue ngerti, kok. Makanya, gue makasih banget sama kalian semua. Tanpa kalian semua, mungkin sekarang gue akan tetap jadi bucin buat cowok itu."
Helaan napas Rosie terdengar. "Gue matiin dulu, ya, Tre? Gue lagi nyetir ini. Nanti makan siang gue video call bareng Rubi sama Sakura."
"Siap. Gue tunggu, ya? Sekali lagi, makasih banyak, Rosie."
"Sama-sama, Trea. Have a nice day off, ya?"
Panggilan diakhiri Rosie, meninggalkan Trea yang perlahan menjauhkan ponsel dari telinga. Trea meletakkan asal ponsel di atas ranjang dan membaringkan tubuh. Matanya sudah sangat berair menatap langit-langit kamar kostannya dan sekali lagi, dia menangis. Mengingat semua kenangan baik dan buruk yang dia lalui selama enam bulan menjalin hubungan dengan Calvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acceptance
RomanceLelah terus dikhianati, Trea mengakhiri hubungannya dengan Calvin melalui drama dengan bantuan seseorang yang tak terduga. Awalnya, Trea pikir semua akan berjalan dengan mudah, tapi tanpa diduga, Calvin masih mengejarnya, memaksanya untuk kembali.