Pembalasan

826 83 45
                                    

Rizal Pov

"Bangsat bajingan itu, seharian ini gw ikutin dia dan dia berani masuk ke sebuah apartemen, dia brani main main sama David, waktu itu sudah gw peringatkan untuk menjauhi david tapi dia tetap mendekatinya. Tunggu bakalan gw buat hancur hidup lo wan. Gw gak suka gay gay yang ganggu orang-orang yang gw sayang. Bangsaaaattttttt"

-------------------

Frans pov

Saat itu aku berdua di taman dengan papa, katanya mau membicarakan sesuatu, papa memang tampak serius, semenjak kejadian itu papa lebih banyak diam padaku, tak ada suasana yang biasa aku rasakan. Apa papa marah? Atau aku terlalu banyak buat kesalahan sampai papa mulai membenciku?

Kami saat ini duduk di kursi panjang yang ada di taman..terasa aneh.. benar benar terasa aneh.

"Sejak kapan frans?" Ucap papa memecah keheningan kami

"Maksud papa?"

Papa menarik nafas panjang dan seolah berat baginya untuk melanjutkan apa yang ingin papa sampaikan

"Hemm....sejak kapan kamu menjadi gay? Apa ada yang kurang yang papa berikan ke kamu frans? Apa papa salah mendidik kamu?"

Bagai di sambar petir aku benar benar menjadi dingin, nafasku sesak dan kepalaku mulai berat.

Aku harus tenang, harus bisa menjelaskan ini sama papa, bagaimanapun aku gak akan menutupi ini selamanya dari papa

" Aku....aku minta maaf pa"

"Aku bukan anak yang bisa papa banggakan, aku sudah mengecewakan papa"

"Sejak kapan? Jawab itu frans,papa gak butuh jawaban lain"

"Sejak awal kelas 3 SMA pa, aku gak ngerti dengan apa yang aku rasakan, tapi aku benar-benar gak tahu kenapa aku bisa menyukai fifi"

"Apa fifi juga gay sepertimu?"

"Enggak pa, aku yang ingin selalu dekat dengan fifi, jangan salahkan fifi, dia bukan gay pa"

Papa masih sangat tenang menanyakan apa yang mau dia tahu, dan aku juga harus menjelaskan ini. Walau harus menerima konsekuensi terburuk. Aku siap untuk ini.

"Kamu ingin papa kirim ke amerika frans, disana kamu akan belajar. Kejar citta-citamu dan tentunya kamu harus jauh dari nak lutfi"

"Enggak.. enggak pa, aku gak mau, asal papa tahu, aku yang bermasalah disini, aku yang  menyukai lelaki, aku yang homo pa, bukan fifi, disana juga apa papa menjamin aku gak akan tertarik dengan lelaki lain? Aku mungkin akan liar disana pa"

"Apa bisa kontrol aku?bisa jadi aku kena HIV dan malah makin buat hidupku hancurr"

"Cukup frans".

"Plakkk"

Papa berdiri dan menampar pipiku dengan sangat keras

"Tampar lagi pa, tampar lebih keras,....aku tahu aku salah aku tahu aku sudah ngecewain papa, jika itu bisa buat papa puas.. lakukan pa...lakukan lagi"

Bila belum puas, papa bunuh saja aku pa, hidup menjadi seperti ini juga bukan mauku"

Aku memegang tangan papa dan mencoba menamparkannya dipipiku kembali, tapi papa mengunci kuat tangannya.

"Pa, aku tahu aku salah, jika papa mau aku mati, aku akan lakukan, karena aku memang berhutang segalanya sama papa dan mama, jika papa mau aku pergi dari rumah, aku juga akan lakukan, apapun akan aku lakukan asal jangan jauhkan aku dari fifi. Aku yang selama ini memintanya untuk menemaniku, aku yang gay bukan dia. Dia dan keluarganya sangat baik sama aku pa bahkan dia rela mempertaruhkan nyawanya untuk ngelindungin aku. Aku gak akan bisa jauh"

GGKP 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang