Chapter #11

219 84 37
                                    

"Arti makasih yang sesungguhnya adalah bukan hanya sekedar kata, melainkan tindakkan menghargai yang nyata."

-Nesa Gladys

•••

Kini aku dan bagas sudah berada di dalam mobil miliknya. Hujan masih mengguyuri kota, jalanan padat kini sangat lenggang, membuat kita lebih cepat sampai.

Selama di perjalanan kami sama-sama terdiam tanpa sepatah kata pun. Namun, ponselku tiba-tiba notif pesan berdering, ketika aku membukanya.

Jujur aku terkejut, itu adalah pesan dari Alga pria yang tak pernah sekalipun menganggap aku ada.

"Ada apa ini?" pikirku bertanya-tanya tentangnya, aku membuka pesan darinya.

Chats

Alga Septian:
|Nes, lu ada waktu kapan?
|Gue mau bicara sesuatu sebelum liburan nanti ....

Nesa Gladys:
Besok bisa kok, Ga.|
Mau ngobrol dimana?|

Alga Septian:
|Di cafe deket kampus aja, sendiri jangan |sama Bagas atau Desi!
|Jamnya gue kabarin lagi aja, tq ya Nes.

Nesa Gladys:
Okey, Ga.|
Masama|

Setelahnya, aku mematikan ponselku kembali. Terbesit di dalam pikiranku ada apa dengannya?! Namun, semua lamunanku dibuyarkan Bagas yang terus melambaikan tangan.

"Oi yang chat siapa? sampe lo kayak orang kena virus zuma," celetuk Bagas sambil terkikik yang membuatku terdiam.

"Susah ya jadi titisan zuma, kalo ditanya gak jawab, audeh ... audeh ... Istighfar lu, Nes, banyak-banyak istighfar nanti kesambet dedemit kuyang mampus dah eh jangan kuyang, setan telolet aja gimana, lah kok gue malah bahas macem-macem setan, ya," oceh Bagas.

Begitulah dia, heboh sendiri, jawab sendiri, mana bawa-bawa zuma lagi game yang ada di handphonenya.

Kebanyakan pria bermain game peperangan atau hal-hal menantang, sedangkan bagas dia terlalu setia dengan game zuma-nya itu.

Aneh, tapi nyata dan limited edition, silahkan dipesan, kalo perlu bawa pulang.

"Udah ngocehnya?" tanyaku yang membuat dia nyengir kuda sambil menyetir.

"Gue penasaran deh, Gas, lo itu pas baru lahir di adzanin gak sih?" tanyaku padanya.

"Keknya gak deh, makanya begini, nanti kalo gue punya anak sama lu di adzanin sama gue biar gak kemasukan setan." Aku mendelik dan mencubit pinggangnya, dia hanya kesakitan sebentar lalu tertawa.

"Ck."

Aku cemberut karena pikiranku yang tadi bertanya-tanya dengan alga menjadi buyar karena Bagas.

"Nes, kalo sama gue jangan cemberut gitu, nanti setan disebelah gue makin naksir, mampus lu." Bagas terkikik melihat perubahan ekspresiku yang kesal padanya.

Dia senang sekali membuatku kesal, tapi tak jarang dia juga yang membuatku bahagia, walaupun dengan bercandanya yang super duper garing.

PUPUS ✅ (Sedang direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang