Chapter #13

204 81 55
                                    

Ini gambar zuma, kalo titisannya itu kayak bagas ( Ciye akhirnya pada tahu, wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini gambar zuma, kalo titisannya itu kayak bagas ( Ciye akhirnya pada tahu, wkwk. Ini tuh permainan Oma pas jaman SD sampe SMP, hiks jadi kangen.)

•••

"Kamu itu buta atau memang membutakan perasaanku."

-Nesa Gladys

•••

Aku dan Desi sedang berada di kantin, menyantap makanan yang tadi kita pesan sambil berbincang-bincang sebentar, walaupun hatiku ngilu saat ini sebab desi adalah wanita yang dicintai oleh pria yang kucinta.

Sakit? Tentu saja, wanita mana yang tidak merasakan sakit hatinya saat lelaki yang dicintai mencintai wanita lain yang tak lain sahabat wanita itu sendiri.

"Eyyo gais ... Bagas ganteng dan paling ganteng dateng nih!" teriak Bagas ke arah kami berdua sembari mendudukan dirinya di kursi sebrang depan kami, Aku menatap jengah ke arah Bagas, karena kedatangannya akan membuat rusuh.

"Gas." Bagas kini menatap lekat kearahku.

"Apa Bebi?" tanya Bagas yang menaikan sebelah alisnya.

"Ekhem." Dehaman Desi membuatku meliriknya lalu beralih ke arah Bagas.

"Istighfar lu berdua," kataku.

"Astagfirullah." Mereka mengucapkannya berbarengan.

"Punya temen begini banget sih," gumamku.

"Bersyukur aja kali, Nes, lo mau nyari dimana lagi coba orang kayak kita-kita, ya gak, Gas?!" tutur Desi yang diangguki Bagas.

"Waluyo oh Waluyo ... buatlah Nesa menjadi pacarku!" teriak Bagas sambil cengengesan.

Aku mengambil tisu yang berada di meja dan menyumpalkannya pada Bagas. "Berisik dodol."

Bagas melepehkan tisu yang ku sumpal.
"Anjir rasanya asin banget," umpatnya.

"Ya kan bekas ingusnya, Nesa. Kek gak tau aja kalo dia makan bakso meleber tuh ingusnya," jelas Desi pada Bagas.

"Anjirlah gue makan ingus Nesa dong?" tanyanya.

"Lo tolol apa gimana sih? Yaiyalah Gagas." Desi sudah tak kuat menahan emosi karena Bagas terlalu Nauzubillah.

"Sabar, Des." Aku mengusap punggung Desi agar tak kelewat emosi.

"Santai dong jangan ngegas, gini-gini gue direbutin ciwi-ciwi," kata Bagas yang mengedipkan mata ke arah meja cewe-cewe yang berada di sebrang meja kami.

PUPUS ✅ (Sedang direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang