Chapter #20

198 38 6
                                    

Happy Reading -!!

...

Aku dan yang lainnya beristirahat di dalam kamar yang sudah ditentukan masing-masing. Aku berada di kamar tingkat dua satu kamar dengan Desi dan bersebelahan dengan kamar Clarettha dan Geisha.

Langit sudah menampakkan semburat jingganya, aku pun sudah bangun karena rasa capekku sudah hilang dan kini berganti lapar.

Aku mandi, berganti pakaian setelah itu aku turun menuju ruangan lantai satu, dimana ada satu ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang televisi.

Ruangannya cukup besar dan mampu menampung kami semua. Saat aku sudah sampai di lantai satu, aku berjalan mendekat dimana ada Alga, Geisha dan juga Juna disana.

"Nes, sini!" panggil Alga, pikirku dalam hati tumben sekali dia memanggilku.

"Iya apa, Ga?" tanyaku sembari berjalan mendekatinya dan duduk di kursi kosong yang berada di sampingnya.

"Menurut lo enaknya gue tembak dimana?" tanya Alga yang benar-benar membuat dadaku sesak kesekian kalinya.

"Cukup! Ini benar-benar menyakitkan banget Ga, apalagi harus lihat kalian bersama!" pekikku dalam hati yang semakin membuat sesak merasuki diriku.

"Nes?" tanya Alga yang sedikit meninggi mampu menyadarkanku.

"Ah iya Ga." Aku pun mencoba menetralisir diri sendiri agar tidak terlihat tak suka karena ini.

"Gimana, ada saran gak?" tanya Alga kembali padaku.

"Gak tahu Ga, gue aja baru ke sini," tuturku yang memberikan alasan, karena sebagian dari diriku tak suka jika mereka bersama.

"Iya sama Ga, gue juga gak tahu," sahut Juna yang diangguki Geisha.

"Iya juga sih," ujar Alga menunduk lesu.

"Gimana kalau bikin barbeque-an aja?" tanya Geisha tiba-tiba.

"Boleh tuh." Alga mendongak dan menampakkan senyuman bahagia, wajahnya terus berseri-seri.

Aku hanya bisa diam dan tersenyum tipis, menghapus segala sesak yang seolah-olah aku bahagia diatas kebahagiaan mereka semua.

Padahal itu semua tipuan, itu semua hanyalah topeng yang aku gunakan saat keadaan mendesak seperti ini.

Bagaimana pun, aku menyayangi sahabatku tetapi hatiku tidak bisa berbohong tentang perasaan cinta pada sosok pria yang malah mencintai sahabatku sendiri.

"Tuhan ini begitu sakit daripada tamparan Mamahku!" Sesak di dada semakin menjadi, tak bisa aku menahannya lagi.

Aku bangkit dari dudukku. "Ya udah kalau gitu, gue mau keluar dulu sekalian mau ke pantai."

"Iya Nes, btw makasih udah bantu," ujar Alga yang menatapku sebentar dan setelah itu memalingkannya.

Aku pun tersenyum tipis dan berjalan keluar menuju pantai. Saat sudah sampai disana, aku disungguhkan oleh bibir pantai yang begitu luas, dengan desiran ombak yang mendekati bibir pantai.

PUPUS ✅ (Sedang direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang