Di sebuah mansion besar berarsitektur kuno yang dikelilingi bangunan-bangunan yang menjulang tinggi.
Hinata menapakkan kakinya menuruni tangga dengan terburu-buru. Ia menggunakan celana kain pendek dan kaos tipis.
"Hinata aku berangkat."
Ibunya berteriak dari bawah lalu terdengar suara pintu yang menutup.
"Hah, gagal."
Hinata berbalik arah kembali ke kamarnya. Padahal hari ini ia sudah berjanji akan pergi bersama Sakura. Hinata bangun kesiangan dan tidak sempat meminta uang dari ibunya.
Salahkan saja keproduktifan nya dalam membaca komik Korea yang direkomendasikan oleh Sakura, akhir-akhir ini sejak memasuki libur musim panas ia tidak bisa memikirkan apapun selain pria tampan dua dimensi dari layar smartphone-nya.
Hinata berlari menuju kamar. Rencana nya hari ini adalah memberitahu Sakura bahwa ia tidak bisa pergi lalu membaca komik hingga malam nanti. Tidak buruk juga, pikirnya.
Hinata kembali meraih smartphonenya. Dua panggilan tidak terjawab dari nomor asing. Baru saja ia akan memeriksa nomor asing itu, smartphonenya kembali berdering.
"Moshi moshi?"
"Hinata?"
Hinata menepuk jidatnya sendiri setelah mendengarkan suara baritone yang sangat ia kenal dari seberang telfon.
"Aku ada didepan rumahmu."
"Hah??"
***
Sejak kabar burung yang berhembus tentang adik kelas berambut marun yang selalu bersama Sasuke, Hinata mulai hidup dengan tenang.
Tugas sekolahnya tidak pernah hilang, tidak ada serangga yang terbang kearahnya, bahkan sang pembuat onar Sasuke tidak pernah menegurnya. Libur musim panas pun tiba dan pastinya ia tidak pernah bertemu lagi dengan Sasuke. Seharusnya begitu. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Hinata.
"Kau sudah mengerjakan tugas me-review buku dari Kurenai sensei?"
Sudah bukan hal asing lagi jika guru-guru itu memberikan tugas untuk mereview buku untuk mengisi liburan. Namun yang asing adalah, Sasuke yang ia kenal tidak pernah mengerjakan tugas datang kerumahnya diikuti oleh sahabat dan pacar marunnya hanya untuk bertanya tentang tugas.
"Be.. belum."
"Kenapa belum?"
"Hah?" 3 orang yang entah darimana itu berdiri didepan pintu rumahnya.
"Kenapa belum? Kau harusnya sudah mengerjakan jadi kau bisa mengerjakan punyaku."
Hinata terdiam sebentar, lalu tangannya dengan cepat meraih daun pintu berniat menutup kembali namun tenaganya tidak bisa mengalahkan 3 orang asing yang bagaikan petir di terik panas siang hari, tiak ada angin maupun hujan dan berdiri di depan rumahnya.
Alhasil Hinata yang bahkan tidak memiliki buku untuk direview duduk dimeja belajarnya menuliskan tugas psikopat yang sedang bermain video game bersama temannya yang juga psikopat.
"Hinata kau mau makan apa?"
Hinata menggigit lidahnya. Pena yang digenggamnya hampir terbagi menjadi dua bagian. Entah siapa pemilik rumahnya sekarang. Ia dibully dirumahnya sendiri. Apa masuk akal?
"Oi? Aku mau pesan makan. Kau mau makan apa?"
Sasuke melemparkan kaleng kosong tepat mengenai kepala Hinata.
"Sasuke!"
Menerima perlakuan itu, Hinata bangkit dari duduknya dan mengakibatkan kursi belajarnya terjatuh cukup keras. Membuat Shikamaru dan Karin juga menaruh atensi pada Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises And Destiny
Fanfiction-SasuHina- Hinata merupakan gadis pendiam yang merasa telah dikutuk oleh dewa kesialan. Selama dua tahun ia harus sekelas dengan Sasuke yang selalu mengerjainya, dari melempar belatung, laba-laba, mencuri buku tugas, hingga berpura-pura akan memperk...