"..."
Hinata berdiri dengan kaki yang bergetar. Matanya menatap melihat kedepan, menatap ibunya yang berada dalam balutan Kimono bersama pria asing yang baru ia temui 1 jam yang lalu.
Hinata tidak berani melihat ke sekeliling, kuil itu didominasi oleh pria besar berjas hitam.
Di sebelah kiri yang hampir tertutup oleh beberapa orang, Sasuke berdiri disana.
Hinata bersyukur pria tampan itu masih berdiri dengan kokoh sambil melihat ke altar. Anehnya berkali kali Hinata memerhatikan Sasuke , pria itu bahkan sekalipun tidak melirik kearahnya. Apa Sasuke sedang berpura-pura tidak mengenalnya?
Prosesi berlangsung singkat.
Dua perempuan memandunya untuk memasuki mobil.
Mobil itu disetir oleh pria berkepala plontos dan berbadan besar. Hinata terdiam seribu bahasa namun artinya dipenuhi beribu-ribu pertanyaan. Lebih dari 30 menit, Hinata mulai mengetahui kemana tujuan mereka. Rumah mewah keluarga Uchiha.Mobil berhenti dan pintu terbuka. Perempuan paruh baya berdiri menyambut Hinata. Hinata mengenal perempuan itu. Sasuke memanggilnya Makoto.
"Selamat datang nona Hinata."
Suara lembut sekaligus tegas mengalir dari bibir berpoles lipstik merahnya. Ia memberi isyarat supaya Hinata mengikutinya.
Rumah itu gelap dan sepi, tidak ada tanda tanda perayaan, Hinata bahkan tidak tahu dimana ibunya sekarang.
Makoto berjalan menaiki tangga, Hinata menengadahkan kepalanya, ia tahu letak kamar Sasuke.
Keduanya kembali berjalan, ia hampir mencapai kamar Sasuke.
Tiba tiba saja pintu itu terbuka, pria berambut rapi dan bertelanjang dada membuat langkah Hinata terhenti.
Hinata menatap lekat wajah Sasuke. Rasanya ia ingin berlari dan memeluk pria itu. Namun berbeda dengannya, Sasuke justru berlalu begitu saja seolah tidak mengenal Hinata.
"Nona Hinata."
Suara itu menyadarkan Hinata. Ia kembali berjalan, wanita itu berhenti disebuat pintu disamping kamar Sasuke.
"Ini kamar nona. Ini kuncinya."
"I..iya."
"Saya permisi." Katanya lagi, tanpa basa-basi dan mulai berjalan pergi.
"Bi..bibi."
"Ada apa nona?"
"I..ibu dimana?"
"Nyonya ada di kamarnya. Harap nona tidak mengunjungi kamar Tuan dan Nyonya."
"Ba..baik."
"Kalau begitu, saya permisi."
Hinata memerhatikan kunci itu, berdiam sejenak lalu memasukkan kunci itu ke lubang dan memutar pelan.
"Wa~"
Gadis itu dibuat terkesima. Diluar perkiraannya, rumah Bernuansa hitam dan gelap itu memiliki kamar yang cerah dan bernuansa lavender yang merupakan warna kesukaannya.
Hinata melangkah masuk, karpet berbulu halus menyambut sepatunya. 1 boneka besar berada dikasur berukuran king size. Laptop berlogo apel itu terletak diatas meja belajar.
Meja rias dengan kaca besar juga mengisi ruangan. Perlahan Hinata menyentuh kasur itu, lalu menekannya sedikit, rasanya sangat empuk, ia hampir menaiki kasur dan melompat diatasnya."Tidak pernah melihat kasur?"
Hinata berbalik kearah pintu. Sasute dengan kaos hitamnya berdiri kokoh disana. Kulitnya putih bersih menandakan ia hampir tidak pernah terekspos matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises And Destiny
Fanfiction-SasuHina- Hinata merupakan gadis pendiam yang merasa telah dikutuk oleh dewa kesialan. Selama dua tahun ia harus sekelas dengan Sasuke yang selalu mengerjainya, dari melempar belatung, laba-laba, mencuri buku tugas, hingga berpura-pura akan memperk...