17. Life is Sucks

1.2K 155 13
                                    

"Aku minta maaf."

"..."

"Aku tidak akan mengulanginya."

"..."

Hinata melewati pria yang bersandar di dinding gedung itu begitu saja. Ini bukan pertama kalinya mendapati seorang pria berhati dingin itu menunggu di depan kantornya. Selama tiga minggu ini, beberapa kali pada pukul 5 sore Sasuke selalu berada disana. Hinata tidak menanggapi, ia masih bisa mengingat betapa kejamnya pria itu. Bertahun-tahun Hinata menghadapi sifat pemarah Sasuke. Walaupun berkali-kali diterpa keraguan akan hubungan mereka, nyatanya Hinata justru semakin mencintai Sasuke. Tetapi perbuatannya dua minggu lalu sungguh tidak bisa dibiarkan. Berkelahi dengan sahabatnya sendiri dan memperkosa kekasihnya? Apa yang ada di dalam otak Sasuke!

"Kenapa kau tidak mau berbicara denganku?" Tanya Sasuke lagi sembari menyeimbangkan posisinya.

"Aku janji tidak akan melakukannya lagi. Ku mohon~"

Jemari panjang itu meraih lengan Hinata sehingga membuat wanita itu menghentikan langkah kakinya.

"Aku tidak suka kau dekat dekat dengan pria lain. Itu membuatku sakit. Dan..."

Keduanya saling memandang. Onyx hitam menangkap lavender sendu yang menenangkan. Betapa merindunya Sasuke pada wajah gadisnya.

"Takut." Lanjut Sasuke.

Hinata masih diam. Raut wajahnya tidak bersahabat.

"Selain ibu ku. Hanya kau yang aku punya. Aku tidak bisa hidup jika kau begini. Ku mohon."

Detik selanjutnya. Mata onyx itu berkaca-kaca.

"Aku tidak hidup untuk melayani emosimu yang meledak-ledak. Aku lelah dengan kelakuanmu. Kau bahkan tidak berpikir dua kali untuk tidak menyakiti ku, kau yakin aku akan aman jika terus bersama mu?" Akhirnya suara lembut menenangkan itu mulai tedengar. Ia terdengar sangat marah.

"Aku akan berubah." Jawab Sasuke cepat. Ia akan melakukan apapun supaya Hinata mau kembali padanya.

Hinata tidak pernah melihat pemandangan ini sebelumnya. Seorang Sasuke yang gila dan pemarah ini terlihat murung dan sangat menyesal. "Sudah terlambat."

Gadis itu kembali melangkah, meninggalkan pria yang benar-benar ingin menangis sambil merutuki diri sendiri.

***
Keesokan harinya. Ketika jam pulang kerja, Hinata melirik beberapa tempat yang biasa menjadi tempat pria berambut raven berdiri dengan raut wajah penuh harap. Hari ini pria itu tidak ada disana.

"Huft..."

Hinata menghembuskan nafas kecewa. Ia melihat dengan lebih seksama namun pria itu benar-benar tidak ada disana. Hinata sangat marah pada Sasuke, kadang kala rasanya memang lebih baik jika hubungan ini dibiarkan berakhir. Hinata tidak yakin apakah ia sanggup hidup bersama Sasuke, tentu saja karena emosi dan perbuatannya. Hinata bahkan sudah memikirkan bagaimana jika memiliki anak, apakah anaknya akan aman bersama Sasuke atau ini justru akan menjadi lingkaran setan keluarga Uchiha? Tapi tetap saja, tanpa kehadiran Sasuke, Hinata merasa kecewa. Ada yang kurang. Ia ingin pria itu berada disana dan menunggu kehadiran Hinata. Beberapa kali Hinata memikirkan untuk berlari dan memeluk Sasuke. Ia sangat merindukannya.

'Deg!'

Berbicara tentang anak, Hinata teringat sesuatu. Wajah Hinata seketika menjadi pucat pasi. Tangan gemetar Hinata mengeluarkan ponsel dari tasnya dan membuka aplikasi yang mencatat jadwal menstruasinya.

"T..tidak. Ini pasti hanya terlambat karena stres."

Tercatat Hinata terlambat menstruasi sekitar 2 minggu. Hanya 2 minggu, tentu tidak akan menjadi masalah bukan?

Promises And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang