4. Why is it so big?

5.5K 517 20
                                    

"Hinata?"

"Hinata bangun?!"

"Ng..."

Sasuke menghembuskan nafasnya lega saat mata lebar Hinata terbuka sepenuhnya. "Sasuke?"

"Kau tidak ingin pulang?" katanya kemudian menarik pipi gembil Hinata. "Sh! Sakit!" Hinata yang masih menikmati nyamannya kasur menjadi meringis. Kesadarannya kini kembali sepenuhnya.

"Aku akan mandi." Sasuke menarik lepas kaos hitamnya. Kemudian melempar pada wajah Hinata sebelum berlalu ke kamar mandi. "Sasuke!" Sasuke terkekeh. "Nanti aku akan mengantarmu pulang."

Hinata bergegas bangun dari tempat tidur yang masih menariknya untuk tetap berbaring. "Ah!" Ia mendesah setelah melihat jam pada pergelangan tangannya. Hampir pukul 8, seharusnya ia sudah berada dirumah 2 jam yang lalu. Ibunya pasti sangat mengkhawatirkannya.

"Sasuke cepat!" kata Hinata setengah berteriak setelah Sasuke keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang basah menjuntai panjang disisir ke belakang."Kau lama sekali. Ibu ku akan marah nanti"

"Huh? Kenapa aku yang disalahkan?" Sasuke mencolokkan kabel hair dryer ke stop kontak.

Kemudian digunakan untuk mengeringkan rambutnya. "Kau sendiri yang tidurnya seperti babi."

Hinata mendesah. Kesal pada Sasuke yang mengatainya. "Tapi kau lama sekali. Cepatlah Sasuke."

Sasuke melempar handuknya sembarang kemudian menyisir rambutnya setelah mengoleskan pomade . "Hm.. Hinata." Bibir itu tiba tiba menyeringai. Membuat Hinata meringis. Apalagi yang akan dilakukan psikopat ini.

"Kau tidak berpikir aku akan membuang bensin sembarangan kan?"

Seringaiannya makin lebar. Ia mendekat pada Hinata yang masih menduduki kasurnya. Gadis itu memutar bola matanya. Tentu saja Sasuke tidak akan melakukan kebaikan dalam bentuk apapun dengan gratis.

"Jadi, apa mau mu?"

Pria itu terkekeh. Ia berpikir sejenak sebelum kembali tertawa. Membuat Hinata bergidik ngeri dengan ketidakjelasan Sasuke. "Cepat katakan Sasuke."

"Baiklah...." Pria itu mendekat pada Hinata untuk membisikkan sesuatu di telinganya.

"Sebagai ucapan terima kasih. Peluk aku."

Hinata memejamkan matanya segera. Menenangkan dirinya sendiri untuk menghadapi Sasuke yang ternyata juga berotak mesum.

"Sasuke, kumohon jangan mengada ngada. Ayo antar aku pulang. Besok aku belikan makan."

"Kalau tidak mau ya sudah, aku bisa melanjutkan tidur." Sasuke mengendikkan bahunya lalu mengambil bantal.

"Tu..tunggu!"

Hinata berdecak. Ia memandang Sasuke yang mengangkat sebelah alisnya. "A..aku sudah menjengukmu. Seharusnya kau yang berterima kasih!" Hinata bernafas lega setelah menemukan alasan yang cukup logis. Ia bersyukur memiliki otak yang brilian.

"Benar juga." Kata Sasuke membuat Hinata mengangguk dengan cepat untuk mengiyakan.

"Kalau begitu aku yang akan berterima kasih." Lanjutnya. Sebelum Hinata menyadari, Sasuke telah menariknya dan memeluknya erat. Hinata bahkan tidak sempat membuat penolakan. Sasuke melepasnya cepat dan mendorong gadis yang masih linglung itu hingga terbaring kemudian dengan senyumnya yang penuh kemenangan ia bergegas lari meninggalkan kamarnya.

Promises And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang