2. Psychopath become an angel

6.6K 622 44
                                    

"Bagus Shikamaru, kau boleh duduk." Lagi lagi kelas menjadi riuh karena jawaban super cerdas dari Shikamaru. "Jadi pada masa perkecambahan, tumbuhan membutuhkan oksigen untuk melakukan metabolisme glukosa. Kemudian......#$>.$.>"

Dibangku belakang, Sasuke menggaruk pipinya yang mendadak gatal. Ia melihat sekilas Shikamaru yang kembali memangku dagu setelah mendapat pujian dari Tsunade sensei.
Pria berambut nanas itu akan segera menutup matanya kembali.

Pelajaran biologi. Sasuke yakin, dikelasnya tidak ada yang mau ketinggalan pelajaran itu. Mudah, tidak perlu menghitung, dan senseinya,- Sasuke melirik- seksi. Oppainya besar. Setidaknya itu yang Sasuke dengar. Mana ada yang tahu jika itu hanya plastik atau bukan. Wanita memang penipu nomor 1 sejagat raya.

Sasuke memangku dagu. Matanya melihat ke kursi kosong yang berada di depannya. Kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kantong plastik bening. Terdapat beberapa ekor belatung mati yang ia beli dipasar burung seminggu lalu.

"Tch," ia mendecih. Belatung itu mati setelah lama tidak mendapat oksigen.

Biasanya belatung itu tidak akan mati sia-sia. Setidaknya ia akan terbang entah kemana setelah mendapat kibasan dari penghuni kursi kosong itu. Hyuga Hinata. Ia penakut. Hanya dengan belatung ia akan menjerit seperti wanita sinting sambil menjingkrak. Dengan dada plastiknya yang bergoyang-goyang.

Dengan ingatan itu, Sasuke tergoda untuk menaikkan sudut bibirnya. Ia paling suka mengingat bagaimana wajah tersiksa gadis itu. Ia bahkan ingin terbahak mengingat kejadian seminggu lalu. Di toilet sekolah. Gadis itu mengira Sasuke akan memperkosanya. Kemudian, dengan konyol ia pingsan disana. Membuat Sasuke gelagapan. Ia pikir gadis itu akan mati disana. Beruntung otak jenius Shikamaru banyak membantunya memikirkan alasan untuk menyerahkan gadis itu pada penjaga UKS.

Sasuke memasukkan kantong plastik itu kedalam tasnya. Mungkin akan berguna besok. Pasalnya, kursi itu selalu kosong. Gadis itu tidak pernah terlihat kembali. Meskipun seminggu telah berlalu.

Sasuke melihat ke kursi kosong itu kembali. Kemudian menguap. Ia kehilangan hiburannya. Gadis itu, kemana perginya.

Dari Sakura, Sasuke mendengar bahwa gadis itu demam. Sasuke terkekeh, sepertinya kejadian di toilet membawa trauma mendalam pada Hinata.

Pemuda raven itu memejamkan mata setelah menempatkan buku besar biologi di depannya. Buku itu cukup untuk menutupinya dari pandangan Tsunade sensei. Agar ia berpikir Sasuke sedang membaca.

.
.
.

"Shikamaru mengajakku keluar." kata sasuke. Di depannya, wanita yang terbilang masih muda itu sedang menunjukan keahliannya dalam memasak. Dengan lihai jemarinya mengiris tipis buah merah ranum kesukaan Sasuke. Wanita itu bungkam. Merasa tidak ada jawaban.

"Aku akan pulang sebelum jam 9."

Pria itu tidak menyerah. Ia sudah membuat janji dengan Shikamaru. Untuk keluar di malam minggu ini.

"Aku janji."

Tekanan terakhir pisau itu menimbulkan suara yang terlalu kencang untuk jemari lembut wanita itu. Sasuke bungkam. Jelas ia terkejut. Ia mengerti jika wanita itu harus marah.

"Ayah tak akan tahu," suara Sasuke melemah. Takut-takut wanita itu justru menguncinya dikamar lagi.

"Bukankah seharian ini kalian bersama di sekolah." Suara itu lembut. Suara tekanan pisau yang membentur talenan pun terdengar kembali. Kali ini ketukannya tetatur, tanpa melihatpun Sasuke yakin tomat kesukaannya sudah teriris rapi.

"Apa yang masih ingin kalian lakukan? Lakukan di sekolah." Wanita itu berbalik. Dari matanya, Sasuke tahu wanita itu tidak suka.

"Kali ini saja, aku juga ingin seperti yang lain." Sasuke membela. Ia merasa matanya memanas. Sungguh ia tidak ingin lama berdiri disini lagi. Berhadapan dengan wanita itu. Wanita yang menjadi pusat hidupnya. Sasuke bertahan, karena wanita itu.

Promises And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang