3. Bedroom

6.2K 562 26
                                    

"Shi..Shikamaru?"

Hinata memainkan kedua jemari yang baru ia gunakan untuk mengusik tidur The Sleeping King. Hinata masih mengingat jelas julukan dari Senseinya yang ditujukan untuk Nara satu ini.

Hinata tidak pernah membayangkan ia akan terlibat percakapan dengan psikopat yang satu ini. Namun tanpa bisa ia percaya kini ia sendirilah yang mengajaknya untuk memulai percakapan.

"K..kau tahu mengapa Sasuke tidak masuk sekolah?"

Jika bukan karena hal ini, Hinata bersumpah tidak akan berbicara dengan pria itu. Pasalnya setelah pertemuannya dengan Sasuke malam itu, psikopat itu tidak hadir di sekolah. Awalnya Hinata tidak peduli, ia pikir Sasuke akan tetap menganggap ini adalah sekolah keramat milik Uchiha sehingga ia dapat bertingkah semaunya dan akan hadir kembali jika roh setan yang menguasainya pergi mencari udara segar. Walaupun sesaat. Tapi jika dihitung hari ini, Sasuke Uchiha sudah absen 3 hari. Itu membuat Hinata merasa terbebani. Apa ia tidak selamat setelah mengantarnya pulang? Mau tidak mau Hinata harus bertimdak sebelum polisi mencarinya.

"A..aku hanya bertanya." Hinata menarik ucapannya ketika Shikamaru menatapnya heran. Penuh selidik.

"Tidak apa jika kau tidak mau menjawab."

Hinata bergegas meninggalkan Shikamaru yang masih memandangnya. Ia tidak mau jika pria itu berpikir yang aneh-aneh tentangnya. Atau mungkin Shikamaru akan menyebarkan gosip pada teman sekelasnya jika ia menyukai Sasuke. Tentu saja tujuannya adalah membully Hinata. Meskipun Shikamaru tidak pernah membully Hinata secara langsung, tapi ia selalu turun tangan saat Sasuke melancarkan aksinya.

"Aku tidak tahu." Saat Hinata berbalik pria itu telah menenggelamkan wajahnya diatas meja seperti kebiasannya. Ia seperti tidak mau tahu tentang sahabat kurang warasnya itu.

"Pergi saja kerumahnya jika kau ingin tahu." Hinata menyatukan kedua alisnya. Berpikir apa seperlu itu hingga mencari Sasuke kerumahnya. Tapi, itu bukan ide yang buruk. Tapi bagaimana caranya?

***

"A..apa ini rumahnya?" Hinata sedikit mencondongkan kepalanya mengintip kedalam pagar besi bercat hitam yang nampak kokoh itu. Ia memperhatikan kembali peta di ponselnya yang ditunjuk oleh Shikamaru.

"Tidak salah lagi, ini pasti rumahnya." Hinata menoleh kedalam pagar beberapa kali berharap ia menemukan Sasuke berada disana. Namun ia tidak menemukan apapun, rumah yang bagaikan istana itu nampak begitu sepi dan terisolasi. Sedari tadi ia berjalan dari stasiun, ia tidak menemukan rumah lain disekitar sini, ia hampir menyerah karena kecurigaannya pada Shikamaru. Mungkin saja Shikamaru sengaja memberikan arah yang salah. Tapi karena hanya itu harapannya, Hinata terus berjalan hingga menemukan rumah megah bernuansa gelap yang berdiri sendiri tanpa tetangga.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?"

"Ah!" Hinata terperanjat. Secara refleks ia berbalik dan menemukan seorang wanita dengan manik hitam yang tidak asing berdiri disana. "Ma..maaf bibi sa..saya tidak bermaksud tidak sopan. Apa ini kediaman Sasuke?"

Hinata menunggu. Namun wanita yang menurutnya Nyonya Uchiha itu tidak memberikan respon apapun padanya. Manik hitam itu masih setia menatap lavendernya. Kemudian memerhatikannya dari ujung rambut hingga ujung sepatunya. Lalu kembali menatap matanya. Membuat Hinata kesulitan untuk sekedar meneguk saliva. Tidak salah lagi, ini adalah kediaman Sasuke, sepertinya semua Uchiha selalu mengintimidasi orang lain sampai tidak ada 1 pun orang yang mau menjadi tetangga mereka.

"Saya teman sekolahnya. Dan.. Dan sensei memintaku untuk mengantarkan tugas pada Sasuke-kun." Hinata menggigit lidahnya sendiri. Ibunya selalu mengatakan untuk tidak berbohong pada siapapun apalagi pada orang yang lebih tua darinya.

Promises And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang