19. Aya, Daiki, Denji

1.5K 130 4
                                    

"Sasuke.."

"Sasuke?"

"Hn.. "

"Sasuke!"

Sepasang mata terbuka menampilkan onyx hitam yang berkilau dari pantulan cahaya lampu tidur. Telinganya langsung menangkap suara ringisan wanita di sampingnya.

"Ada apa? Kau sakit?"

"Uh.. Huhh..." Wanita itu memegang perutnya yang terlihat terlalu besar untuk ukuran tubuhnya. Raut wajahnya seperti menahan rasa sakit dengan warna sepucat pasi.

"Kenapa? Apa yang kau rasakan?" Sasuke terperanjat. Ia langsung menggenggam jemari istrinya.

"Huhh.. huhh.. sakit.. sakittt."

Hinata meremas tangan Sasuke. Perutnya sakit bergejolak seperti akan hancur. Nafasnya berat dan tersengal-sengal. Hinata merasa seperti telah menemui ajalnya. Ia mulai menangis dan cairan bening keluar membasahi tempat tidur.

Sasuke terdiam kebingungan. Cairan dari Hinata juga mengenai kakinya. Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Apa yang sedang terjadi? Apakah bayi-bayi mereka akan segera keluar? Bukankah dokter mengatakan istrinya akan melahirkan pada bulan depan?

Ya, benar. Bukan hanya seorang atau tiga orang bayi. Seperti angin segar yang membuatmu demam, ada 3 bayi sekaligus dalam perut Hinata. Sasuke benar-benar dibuat demam karena harus kerja banting tulang untuk persiapan 3 anaknya. Ia mengutuk dirinya sendiri yang memaksa ingin membuat bayi kembar. Dengan kejadian ini, Sasuke tidak akan pernah lupa untuk menggunakan pengaman. Bayangkan saja menjadi ayah dari 3 anak diumur 21 tahun dan baru saja keluar dari penjara. Apakah ini mimpi indah atau mimpi buruk?

"Sasuke!" Teriak Hinata. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya sedangkan suaminya hanya menatapnya dengan kebingungan. Bukankah ia akan segera menjadi ayah?

"Ah.." Saat ini pria itu benar-benar terlihat sangat bodoh. "K..kau akan m..melahirkan?"

"Shhh" Hinata meringis. "Panggil mama, cepat!" Akhirnya Hinata merasa bahwa ia bukan hanya menikahi pria yang dengan tempramen yang buruk, tetapi juga tidak berguna.

Sasuke bergegas berlari menghampiri kamar ibunya. Beruntung mereka memutuskan untuk tinggal bersama ketika Sasuke menikah dengan Hinata. Selama menjalanin kehamilan, Hinata tidak perlu mengurus rumah, suami, serta kehamilannya seorang diri. Kehadiran Mikoto sangat membantu walaupun terkadang Hinata merasa tidak enak karena terlalu membebankan mertuanya.

"Ada apa?" Mikoto muncul dari balik pintu dengan rambut lurus yang sedikit berantakan. Dari raut wajahnya, sepertinya ia bisa menebak kejadian ini.

"Hinata. D..dia mau melahirkan."

"Panggil ambulance. Aku akan menyiapkan barang barang yang diperlukan Hinata."

Malam itu keadaan rumah menjadi chaos, Hinata yang tidak siap dengan rasa sakit yang luar biasa ini dan Sasuke yang mencoba menenangkan Hinata. Sedangkan Mikoto mempersiapkan keperluan Hinata dan bayi-bayinya. Kandungan Hinata masih menginjak 8 bulan, jadi Hinata belum mempersiapkan tas berisi keperluan untuk melahirkan.

Ambulance tiba lebih cepat dari dugaan, hanya butuh waktu 20 menit untuk tiba di kediaman mereka. Sepanjang perjalanan, degup jantung Sasuke tidak kunjung berdegup dengan normal. Perasaannya campur aduk. Ditengah rasa bahagia karena berakhirnya penantian yang panjang ini, muncul rasa takut melihat keringat dingin yang mengucur di kening Hinata. Selain itu, apakah Sasuke siap menjadi seorang ayah?

"Sakit? Kau ingin aku melakukan apa?" Sasuke mengecup kening Hinata. Wanita itu menggeleng, keningnya bertautan dan tangannya meremas tangan Sasuke.

Mobil ambulance meluncur dan tiba di rumah sakit. 30 menit kemudian, Hinata telah berada diruang bersalin dengan Sasuke dan Mikoto. Mikoto mempersiapkan pakaian yang dibutuhkan bayi, sedangkan Sasuke membantu Hinata untuk berjalan supaya mempercepat tahap pembukaan. Sasuke menggenggam tangan yang terasa lebih berlemak itu dan menuntunnya berjalan sembari mengelus pinggang istrinya.

Promises And DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang