"Sasuke."
"..."
"Sasuke!"
"Cepatlah, ayahmu menunggumu."
Suara ketukan demi ketukan menggema dikamar Sasuke.
"Sasuke! Turunlah sebelun ayahmu marah."
"..."
"Sasuke!"
'Cklek'
Pria muda berpostur tinggi dengan rambut basah dah hanya tertutup handuk muncul dari balik pintu.
"Sedari tadi aku sudah menyuruhmu mandi, kenapa baru sekarang? Ibu dan ayahmu sudah menunggu dimeja makan."
Wanita paruh baya itu mendorongnya masuk kedalam kamar. Buru-buru ia mengambil hairdryer dan dicolokkan ke terminal listrik.
"Ambil bajumu."
"Aku tidak ingin bergabung, aku tidak mengenal mereka."
Wanita itu menulikan telinganya. Ia menarik anak itu untuk duduk di kursi dan mulai mengeringkan rambutnya.
"Bersikap baiklah sebelum ayahmu murka." Titah Mikoto.
"..."
Setelah 5 menit, ia meletakkan hairdryer itu, mengoleskan minyak rambut pada rambut hitam pekat Sasuke dan menyisirnya dengan rapi.
Ia bergegas cepat dan mengeluarkan beberapa helai baju dari dalam lemari.
"Aku tidak mau baju itu. Yang hitam saja."
"Tidak. Baju biru cerah juga bagus. Pakai ini."
"Tck. Tidak muat! Sudah ku bilang yang hitam!"
Sasuke melalui wanita itu dan menarik baju hitam polos dengan lengan pendek hingga membuat beberapa helai banu lain terjatuh dari lemari, lalu segera mengenakannya.
Mikoto menggeleng. Ia khawatir, anak ini semakin hari semakin memberontak.
"Kau belum meminum obatmu kan?"
"..."
"Emosimu tidak stabil, minum obatmu."
Mikoto mendapatkan 5 butir obat dan segelas air putih masih utuh disana. Air hangat yang ia berikan bahkan telah menjadi dingin karena ruangan ber-AC itu.
"Minum." Titahnya.
"Apa aku gila?"
Sasuke melempar handuknya ke atas kasur. Keduanya saling memandang. Rambut rapi itu kembali berantakan karena Sasuke mengenakan bajunya dengan kasar.
"Aku hanya waras dengan obat? Kau tahu, 1 minggu aku pergi dan tidak pernah menyentuh obat itu. Tidak ada masalah. Aku waras. Rumah ini dan orang tua busuk itu yang membuatku gila."
"Sasuke. Jaga mulutmu. Kau beruntung ayahmu tidak ada disini. Minum obat mu."
"Dan kau yang tidak mengakui aku sebagai anakmu, membuatku semakin gila. Aku tidak mengerti drama apa yang kalian mainkan."
"Aku sudah memperingatkan mu." Cicit Mikoto.
Dari arah belakang, pria bertubuh besar muncul dengan diam. Pria itu bak penyusup. Bahkan Mikoto pun tidak menyadarinya sebelum pria itu berada tepat di belakang Sasuke.
'Duagh!'
"Khh!"
Sasuke terdorong beberapa langkah. Ia memegangi telinganya yang berdenyut luar biasa. Fugaku berjiwa monster sekaligus bertenaga monster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promises And Destiny
Fanfiction-SasuHina- Hinata merupakan gadis pendiam yang merasa telah dikutuk oleh dewa kesialan. Selama dua tahun ia harus sekelas dengan Sasuke yang selalu mengerjainya, dari melempar belatung, laba-laba, mencuri buku tugas, hingga berpura-pura akan memperk...